Lihat ke Halaman Asli

Tung Widut

Guru biasa

Perkembangan Bahasa di Wayang Kulit

Diperbarui: 14 Juli 2024   09:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PERKEMBANGAN BAHASA DI  WAYANG  KULIT

Tung Widut

Wayang kulit berkembang di Indonesia sejak abad 15. Lahir pertama di Jawa khususnya Jawa Timur. Pendapat ini memang ada perbedaan , tetapi yang jelas perkembangan pagelaran wayang kulit sekarang ini sangatlah pesat. Di media sosial  di setiap malam selalu ada pagelaran wayang yang disiarkan  secara live melalui Youtube maupun Tiktok.  Artinya setiap malam ada pagelaran wayang.

Pada Pada penampilannya wayang pada zaman dahulu dengan zaman sekarang mempunyai perbedaan.  Dulu wayang selalu menggunakan bahasa bahasa Jawa kuno yang kurang bisa dipahami oleh semua orang.  Sekarang para dalang sudah memodifikasi bahasa pagelaran wayang menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dipahami oleh khalayak umum. Sehingga orang mudah memahami dialog yang disampaikan.  Akhirnya yang semula tidak tertarik mengikuti pagelaran wayang menjadi tertarik. 

Bukan saja memodifikasi bahasa yang mudah dipahami,  para dalang juga menggunakan bahasa-bahasa modern dengan kemajuan teknologi sekarang ini.  Hal ini sesuai dengan wayang sebagai tontonan tuntunan dan tatanan. 

Bahasa yang dipakai sebagai tuntunan  dari totonan  wayang kulit Ki R M  Akbar Syah Alam  pada penampilan tanggal 13 Juli 2024 dengan Sesaji Rojo suyo di desa Ngrempet Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk Jawa Timur, menyatakan bahwa untuk mengetahui pemilik pusaka Jamus Kalimasada bisa membuka di google.   Di Google ditemukan bahwa pemilik pusaka Jamus Kalimasada dalam dunia pewayangan adalah Prabu Puntadewa atau yang disebut juga Yudistira. 

Pernyataan tersebut benar adanya ketika membuka Google dengan kata kunci pemilik Jamus Kalimasada akan mendapatkan beberapa entri yang menunjukkan jawaban.  Salah satunya dari Wikipedia yang menyatakan "Serat Jamus Kalimasada adalah nama sebuah pusaka dalam dunia pewayangan yang dimiliki oleh Pak Prabu Puntadewa alias Yudistira pemimpin para Pandawa. (https://id.wikipedia.org/wiki/Jamus_Kalimasada).

Penyebutan kata Google ini membuktikan bahwa wayang sebagai tuntunan bagi anak-anak muda apabila ada kesulitan bisa mencari di Google,  walaupun itu merupakan hal yang berhubungan dengan  di dunia pewayangan.  Dunia pewayangan yang diangkat hanya orang-orang tertentu saja yang membahas. 

Lain yang diungkapkan oleh Ki Sigit  Ariyanto pada pertunjukan wayang yang berjudul Wahyu Kamulyan pada tanggal 7 Juli 2014 di desa Jatim  Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban.  Waktu penayangan 2:07:04 . "....Wani karo bapak podo wani karo bank plecit. Masalahmu dioyak ora rampung-rampung...."  Kata bank plecit  pada zaman dahulu yang jelas belum ada. Perumpamaan ini menyesuaikan dengan keadaan sekarang.  Agar penonton dapat memahami pembicaraan yang disampaikan.  

Dua dalang ini membuktikan bahwa perkembangan bahasa dalam seni pertunjukan wayang sekarang ini sudah mulai menggunakan bahasa-bahasa yang modern.  Hal ini sangat positif  karena penonton wayang bukan hanya orang-orang yang suka dengan wayang tetapi masyarakat umum.  Masyarakat yang mempunyai latar belakang yang berani kamu aja kemampuan berbahasanya.  Dimasukkan beberapa kata baru sesuai zaman diharapkan para penonton mampu menangkap dan menyukai wayang di era sekarang ini.  Salam budaya. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline