Lihat ke Halaman Asli

Tung Widut

Guru biasa

Memperhatikan Etika Menabuh Gamelan

Diperbarui: 26 Juni 2022   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Borobudur News

Tung Widut 

Setiap hari kita mendengarkan music. Di mana saja, kapan saja, apapun kedaanya, musik tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Pengertian musik kurang lebihnya adalah seni yang dibentuk dari suara dan irama yang selaras atau harmonis sehingga terdengar merdu dan indah di telinga. 

Dalam  liputan6.com menyatakan "seni musik adalah cabang seni yang timbul dari pikiran dan perasaan manusia yang dapat dimengerti dan dipahami berupa nada suara yang mengandung irama dan keharmonisan sebagai ekspresi diri." 

Dari kutipan  musik terdiri dari bunyi  yang  hasil dari ekspresi diri. Sehingga orang yang mendengarkan  bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang memberi ekspresi.

Ada musik yang menjadi bagian kehidupan yang tidak bisa terpisahkan masyarakat. Tumbuh berkembang sejak lama dan sampai sekarang dilestarikan. Namanya  musik tradisional. 

Musik tradisional merupakan sebuah seni musik hasil budaya  yang hidup dan berkembang di daerah tertentu secara turun-temurun. Musik tradisional dilestarikan karena merupakan warisan leluhur yang diturunkan dari generasi ke generasi yang menjadi bukti dari kekayaan seni pada zaman dahulu kala.

Membicarakan tentang gamelan. Gamelan ada sejak 404 masehi. Terbukti adanya relief gamelan pada Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Apabila mengunjungi candi tersebut,  akan tahu adanya relif tentang gamelan yang ada di Candi tersebut. Hal ini menandakan bila gamelan sudah ada pada saat pembuatan candi.

Alat musik gamelan terdiri ada atas kendang, suling, gambang, Bonang, siter, rebab, kenong, Kempul, ketuk,  kempyang, gender,  saron,  slenthem, peking. Masing-masing mempunyai cara untuk memainkan berbeda.  Berbeda sesuai dengan karakter masing-masing.

Dari berbagai jenis alat musik dan cara pukul yang beda, ada etika saat memukul gamelan. Etika ini sangat  perlu diperhatikan karena sebagian dari budaya  yang menjadi satu dengan gamelan.

Cara meletakkan pemukul. Pemukul diletakkan  di atas gamelan dengan pegangan tangan berada di kanan dan pemukulnya berada di kiri. Bertujuan untuk sebuah kerapian dan memudahkan cara memegang bila akan digunaka.

Dalam ruangan gamelan cara berjalannya juga ada. Berjalan dengan sopan. Pada  gamelan tertentu yang disakralkan harus laku jengkeng (berjalan dengan setengah duduk).   Tapi kebanyakan cukup berjalan sopan. Jangan sampai melangkahi gamelan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline