Hari-hari ini para pengguna media sosial dihebohkan dengan adanya kebijakan baru dari media sosial terbesar di dunia saat ini, WhatsApp. WhatsApp membuat kebijakan baru dengan memaksa pengguna untuk menyetujui sharing data pribadi dengan perusahaan induknya, Facebook. Jika tidak disetujui WhatsApp pengguna terancam tidak akan bisa digunakan atau ditangguhkan mulai 8 Februari 2021.
Dengan kebijakan tersebut banyak pihak pun bereaksi. Salah satunya adalah orang yang pernah menyalip Jeff Bezos sebagai orang terkaya di dunia, Elon Musk. Bos Tesla tersebut sempat menyerukan para penggemarnya untuk menggunakan Signal. Signal adalah layanan pengiriman perpesanan enskripsi lintas platform yang dikembangkan oleh Signal Foundation dan Signal.
Dengan adanya seruan Elon Musk dan Edward Snoden, langsung maupun tidak langsung memengaruhi pengguna perpesanan di dunia. Pengguna mobile mesengger pun mulai banyak yang beralih ke Signal. Dilansir Cnnindonesia.com, 14 Januari 2021, pengguna Signal bertambah 7,5 juta pengguna dalam waktu 7 sampai dengan 10 Januari. Jumlah itu melonjak 43 kali atau lebih dari 4.000 persen dari pekan sebelumnya.
Signal tiba-tiba muncul sebagai aplikasi perpesanan yang populer. Menurut Android Police, 12 Januari 2021, aplikasi perpesanan itu memuncaki Play Store di Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Lebanon, dan Perancis. Di India, Brazil dan Singapura Signal masuk tiga besar. Sedang di Indonesia berada pada 10 besar.
Tetapi anehnya dengan fenomena lonjakan pengguna tersebut, pendiri Signal Brian Acton, malah menyarankan untuk tidak meninggalkan WhatsApp. Loh kok bisa?
Brian Acton menyatakan pihaknya juga senang ada pembicaraan tentang privasi online dan orang-orang pindah ke Signal sebagai jawaban. Tetapi ia juga tidak mengatakan orang-orang harus meninggalkan WhatsApp. Menurut Brian Acton yang juga pendiri WhatsApp dengan Jan Koum tersebut Signal adalah sebagai alternatif pilihan tetapi WhatsApp tidak ditinggalkan. Ia membayangkan Signal untuk percakapan dengan keluarga dan teman dekat. Sedangkan disisi lain WhatsApp untuk percakapan di luar itu.
"Saya tidak memiliki keinginan untuk melakukan semua hal yang dilakukan WhatsApp. Keinginan saya adalah memberikan orang pilihan," demikian pernyataan Brian Acton dengan Tech Crunch dilansir Kompas.com, 18 Januari 2021.
Sementara itu berkaitan dengan kebijakannya yang menghebohkan, pihak WhatsApp pun angkat suara. Melalui blog resminya mereka mengumumkan bahwa tidak akan ada akun yang dihapus atau ditangguhkan pada 8 Februari 2021. Mereka menyatakan akan secara bertahap mengarahkan pengguna untuk meninjau kebijakan sesuai kemampuan pengguna sendiri sebelum opsi bisnis tersedia pada 15 Mei 2021.