Sebelum membaca artikel ini, izinkan saya mengaku bahwa sebenarnya saya memang tak terlalu paham dengan dunia super hero ala Marvel. Saya termasuk yang agak telat menonton, lalu mulai mencari tahu para sosok jagoan zaman now seperti Iron Man, Captain America, Vision, Thor, dan teman-temannya. Kalau Spiderman dan Hulk saya sudah "agak kenal", tapi tidak seperti sosok Superman dan Batman yang jauh lebih akrab dalam tontonan saya sejak kecil.
Jadi, ketika "demam" film terbaru Marvel berjudul Avengers: Infinity War sudah mulai merebak sejak Rabu (25/04) di bioskop se-Indonesia, sebenarnya saya baru merencanakan untuk menunggu situasi agak sepi, baru saya dan istri akan menonton. Namun, berhubung kami sedang butuh refreshing dan hanya Avengers: Infinity War-lah film yang menarik, maka akhirnya kami menontonnya juga pada Minggu (29/04) tanpa harus mengantre---dengan kemudahan yang diberikan oleh fasilitas MT** .
Saya pun menyimpulkan jika film ini, dengan durasi yang sukses bikin ngorok penonton pria di samping kami, adalah soal ambisi Thaos yang mengumpulkan "batu akik" dengan harga sangat mahal yang harus dibayar oleh makhluk Titan tersebut. Ya, InfinityGauntlet atau sarung tangan tempat meletakkan keenam "batu akik" yang disebut Infinity Stones tersebut menjadi biang kerok dari kekuatan dahsyat Thanos, yang tak dapat ditandingi oleh para pahlawan super dari pihak protagonis, sekalipun mereka sudah menggabungkan kekuatan. Tak terkira berapa kerusakan yang harus ditanggung alam semesta, juga berapa manusia yang mati akibat ulah Thanos, selama proses mengumpulkan keenam "batu akik" tersebut. Perang besar antara Thanos dan pasukannya, menghadapi gabungan para "jagoan baik" dengan pasukannya di belakangnya, jelas menghadirkan banyak korban!
Nah, sekalipun sudah banyak tulisan "bocoran" sudah banyak beredar soal film ini, tapi saya tak ingin menambahkan dengan tulisan ini. Saya hanya heran, mengapa fenomena "batu akik" yang sempat heboh di Indonesia, tetapi sekarang sudah menjadi sangat biasa, mengapa justru heboh di Hollywood? Tentu saja ini sekadar joke dari saya. Hehehe ... Pihak Marvel tentu sudah punya rencana besar sejak 10 tahun silam, sehingga akhirnya Avengers: Infinity War dengan sajian seperti yang sudah ditayangkan di layar lebar seantero negeri ini.
Sedikit pesan dari saya dari pengalaman saat menonton Avengers: Infinity War pada Minggu siang (29/04): Pertama, jangan sampai terlambat masuk, barang semenit pun! Keterlambatan kami harus berbuah penyesalan karena adegan pertarungan keren pada awal film terlewatkan. Kedua, jangan ajak anak yang "terlalu kecil" untuk menonton, karena mengganggu kenyamanan dan ketenangan para penonton lainnya. Kemarin, kami sangat terganggu dengan ulah dua anak kecil yang sepanjang film berlangsung sibuk sendiri bermain dengan suara yang keras. Ketiga, jangan cari tahu tentang "bocoran" film ini sebelum menonton. Kalau sekadar mengenal para tokoh yang ada dan siapa mereka sih masih boleh dilakukan, tetapi jangan intip bocoran cerita, termasuk ending-nya karena keseruan film jadi berkurang. Nah, setelah selesai menonton, silakan browsing sepuasnya terkait kebingungan yang mungkin Anda alami sepanjang menonton Avengers: Infinity War---seperti yang saya alami! Hahaha ...
Nah, Kompasianers ... bagaimana sekarang, apakah Anda masih berminat menonton Avengers: Infinity War setelah membaca tulisan ini? Atau sebaliknya, Anda jadi males nonton gara-gara membaca tulisan ini? Kalau yang terakhir Anda alami, bukan salah saya lho ya... Hahaha ...!
Salam nonton!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H