Lihat ke Halaman Asli

Ketika Dunia Menoleh ke Arah Sepak Bola Indonesia, Sang Ketum Malah Sibuk Sendiri

Diperbarui: 20 Maret 2018   12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Spanduk Lech Poznan dianggap menghina Egy (Bola Sport)

Sepak bola Indonesia sedang membuat dunia menoleh. Untunglah kali ini menolehnya tidak disertai senyuman sinis, cibiran, atau kritikan di kolom olah raga media massa tertentu, menyoal sesuatu yang negatif dari sepak bola nasional. Hal yang bisa membuat kita menyeka keringat karena lelah membaca berita-berita negatif soal sepak bola nasional.

Nah, kali ini dunia menoleh karena apa? Pertama, kehebohan seorang Egy Maulana Vikri sejak dinyatakan bergabung dengan Lechia Gdansk, klub liga teratas di Polandia. Yap, di negeri berbendera putih-merah itu, fenomena seorang Egy Maulana Vikri sukses melonjakkan jumlah pengikut di akun Instagram klub barunya, membuat kapten tim kelabakan karena nomornya terancam dipakai oleh Egy, membuat Lechia Gdanks langsung berencana membuka toko di Indonesia, dan yang teranyar, sukses membuat salah satu klub Polandia, yakni Lech Poznan, kelabakan karena serbuan netizen merespons cibiran negatif yang ditujukan buat Egy.

Kedua, ketika salah seorang pemain asal Thailand mengaku terkesima dengan dukungan dan fanatisme pendukung sepak bola di Indonesia. Dukungan yang diberikan fans Persija Jakarta pada ajang AFC Cup, kabarnya cukup sukses membuat pemain asal Negeri Gajah Putih itu kepincut dan berkata, "Saya ingin bermain di Indonesia." Entah ia berbicara mewakili dirinya atau klubnya---ingin agar klub yang dibelanya sekali-kali menghadapi klub asal Indonesia---tetapi yang jelas, pemain itu "dipaksa" menoleh dan mengakui hal positif dari sepak bola dalam negeri kita. Dukungan positif juga diperlihatkan oleh media Fox Sports Asia, memuji aksi The Jakmania, julukan suporter Persija, saat memberi dukungan pada ajang Piala AFC beberapa waktu lalu. Berita positif ini tentu melegakan, setidaknya dapat menetralisir "aura negatif" yang sempat muncul usai sebagian oknum The Jakmania melakukan tindakan tak terpuji di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) beberapa waktu lalu.

Dukungan Jakmania saat Persija tampil di Piala AFC (Tribunnews)

Ketiga,kabar ingin bergabungnya kembali Sylvano Comvalius ke Bali United. Pemain yang kini merumput bersama klub Thailand ini agaknya menyesal karena meninggalkan Bali United. Eks pemain tersubur di Bali United musim lalu tersebut kabarnya juga telah menjalin komunikasi dengan Yabes Tanuri, pemilik Bali United. Sekalipun Comvalius mungkin tak dapat bergabung dalam waktu dekat, karena Liga 1 akan segera bergulir, mungkin pada putaran kedua nanti, striker asal Belanda itu bisa "mengeringkan air liur"-nya, pertanda ia tak lagi ngiler setelah keinginannya kembali bermain di Indonesia terwujud.

Comvalius saat membela Bali United (baliutd)

Ketiga hal di atas patut untuk kita syukuri, karena 2018 bisa dibilang adalah "Tahun Sepak Bola" bagi Indonesia karena kita dipercaya menggelar berbagai ajang sepak bola kelas internasional. Semoga segera menyusul hal-hal positif yang membuat dunia menoleh dan mau tak mau harus memberitakan sesuatu mengenai sepak bola nasional. Kita pun berharap berita negatif yang sudah berlangsung turun-temurun tak lagi terdengar, seperti tawuran antar pendukung, ulah penonton memasuki lapangan atau merusak fasilitas stadion, tunggakan gaji pemain yang tak ada kejelasan, atau ... ehm ... uhuk ... hadiah pemenang kompetisi yang tak segera dicairkan. Kalau pun harus terjadi, sesekali sajalah terdengar beritanya, misal setahun sekali sudah cukup, karena menyembuhkan "penyakit menahun" memang tak mudah.

Sepak Bola Nasional Menggeliat, Sang Ketum Malah Sibuk Sendiri

Edy Rahmayadi saat memberi pidato sebagai Ketum PSSI (CNN Indonesia)

Ah, sayang sekali kemeriahan sepak bola nasional tak dapat diikuti langsung oleh Sang Ketua Umum PSSI. Beliau masih sibuk sendiri dengan agenda politiknya untuk menjadi Calon Gubernur di Sumatera Utara. Ibarat hubungan ayah-anak, kondisi sepak bola nasional ibarat anak yang sedang berjuang dan menikmati keseruan perlombaan sepak bola, tetapi ayahnya entah ke mana ... sibuk dengan urusan pribadinya. Usulan saya sih, lebih baik Edy Rahmayadi mundur saja sebagai Ketua Umum PSSI, karena saat ini hingga akhir 2018 nanti, sepak bola nasional sangat membutuhkan peran aktif dari Komandan Utama dari federasi sepak bola nasional tersebut. Uhuk!

"Kan masih ada Wakil Ketua atau pengurus lainnya?"  mungkin ada yang menimpali seperti itu. Beda! Hal ini mirip dengan ketika saya masih kecil dan bertanding basket, tetapi Ayah saya tak pernah hadir memberi dukungan. Jangan pernah sebut sosok lain, sekalipun sama-sama menonton, karena kehadiran seorang Ayah akan berbeda dampak psikologisnya bagi seorang anak yang bertanding di arena olah raga. Saya hanya berharap, semoga ke depan tidak ada lagi Ketua Umum PSSI atau cabang olah raga lainnya, nyambi  menjadi calon kepala daerah atau jabatan lainnya. 

Akhirnya, mari kita doakan mulai 2018 ini, hal-hal positif lebih sering mendominasi pentas sepak bola nasional, supaya dunia tak hanya menoleh untuk sekadar melirik, tetapi suatu saat dunia akan melotot karena "tak percaya" bahwa kiprah sepak bola Indonesia bisa benar-benar mengejutkan jagat sepak bola internasional. Tentu saja dengan prestasinya, masa dengan WAG's-nya. Sekalipun untuk WAG's dari para pesepak bola Liga 1 bagus juga jika sekali-kali diulas, karena pasti tidak kalah cantik dibandingkan WAG's dari para pesepak bola Eropa. Setuju? (WAG's = Wife And Girlfriends)

Bravo sepak bola nasional!

Sumber: (1) (2) (3)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline