Hari ini ajang Asian Games 2014 di Incheon, Korsel secara resmi akan ditutup. Berakhir sudah ajang pesta olahraga se-Asia edisi ke-17 tahun ini dengan menempatkan China (Tiongkok) sebagai juara umum dengan total medali melebihi 100 keping.
Angka sementara per 3 Oktober 2014 (kalau hari ini tidak bertambah), para atlet dari negeri Tirai Bambu ini berhasil meraih 149 emas, 107 perak dan 81 perunggu (total 337 medali). Untuk posisi runner-up dan peringkat tiga ada kontingen tuan rumah Korea Selatan dengan 77 emas, 71 perak, 80 perunggu (total 228 medali) diikuti oleh kontingen Jepang dengan 46 emas, 73 perak, 76 perunggu (total 195 medali)
Bagaimana dengan pendapatan medali kontingen Garuda kali ini? Total kontingen Indonesia meraih 4 emas, 5 perak, 11 perunggu (total 20) dan menempati posisi 17 di klasemen. Posisi Indonesia bila dibandingkan dengan kontingen Asia Tenggara lainnya ada di peringkat keempat setelah Thailand (12 emas, 7 perak, 28 perunggu), Malaysia (5 emas, 14 perak, 14 perunggu), dan Singapura (5 emas, 6 perak, 12 perunggu).
Perincian medali yang diperoleh kontingen Indonesia sbb:
Pria : 1 emas, 2 perak, 4 perunggu : Total 7
Wanita : 3 emas, 2 perak, 4 perunggu : Total 9
Campuran : 0 emas, 1 perak, 3 perunggu : Total 4
Melihat hasil tersebut, cukup miris rasanya melihat ke-TIDAK BERDAYA-an kontingen Indonesia, bahkan untuk bersaing dengan 3 negara sesama penghuni wilayah Asia Tenggara sekalipun. Apakah ada yang keliru dengan metode pembinaan atlet nasional?
Jika kita jeli memperhatikan ... dari masa ke masa untuk event sekelas Asian Games atau Olimpiade, selalu, selalu, dan selalu (sengaja ditulis 3 kali) kita mengharapkan dulangan emas dari cabang BULUTANGKIS. Repotnya ... para atlet bulutangkis kita tidak selalu bisa diharapkan memenuhi target medali yang diharapkan menjadi penyelamat muka kontingen Indonesia.
Sebagai catatan, untuk 3 edisi terakhir (sebelum AG Incheon), tercatat hanya satu medali emas tiap edisi yang diperoleh atlet tepok bulu kita, tepatnya oleh Markis Kido/Hendra Setiawan (AG 2010), dan Taufik Hidayat (AG 2006 dan AG 2002).
Untuk edisi ke XVII ini ... kontingen bulutangkis menyumbang 2 emas dari nomor ganda putra dan ganda putri. Nomor ganda campuran yang sejak semula diharapkan meraih emas, gagal memenuhi ekspektasi dan hanya berhasil menyumbangkan 1 perak. Sementara 2 emas lainnya disumbangkan oleh atlet cabang atletik dan wushu (untuk yang terakhir bisa dibilang keberuntungan setelah atlet Malaysia didiskualifikasi karena gagal tes doping).
Juaranya kontingen China (Tiongkok) menjadi catatan menarik karena untuk kesembilan kalinya (berturut-turut) mereka berhasil merajai ajang Asian Games sejak AG IX yang diadakan di New Delhi, India, pada 1982. Sementara Jepang menjadi pengoleksi gelar juara umum terbanyak berikutnya dengan 8 kali juara (Asian Games I hingga VIII).
Tepat sekali rasanya bila kita "menyuruh" kontingen Indonesia belajar ke negeri China (Tiongkok) karena mereka bisa membalikkan dominasi Jepang sejak 1982 dan menguasai olahraga Asia sejak hingga sekarang. Menjadikan jumlah penduduk China (Tiongkok) yang seabrek menjadi alasan prestasi negara ras kuning tersebut, rasanya cukup naif dan lebih kepada mencari-cari alasan.