Lihat ke Halaman Asli

Widjaya Harahap

a quietude storyteller

Rupanya...

Diperbarui: 25 April 2021   10:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Layaknya pada sebuah pabrik,
orang-orang saling berlomba
untuk menghasilkan lebih banyak.
Maka berlomba-lombalah mereka memproduksi:
ketidakpedulian,
intoleransi,
diskriminasi,
perundungan,
penistaan,
dan kebohongan.

Bahkan orang-orang menciptakan
produk versi terbaru untuk menggantikan akal sehat,
yang dianggapnya usang: kebodohan.

Laksana pada sebuah pasar
orang-orang saling berlomba
untuk menjual lebih banyak.
Maka menjadi-jadilah mereka menjual:
ketidakpedulian,
intoleransi,
diskriminasi,
perundungan,
penistaan,
dan kebohongan.

Bahkan orang-orang gencar menjual
produk versi terbaru benda pengganti akal sehat, yang dipercayainya sudah usang:
Mereka menjual kebodohan.

Seorang datang ke pasar, menghampiri para pedagang, dan bertanya,

"Adakah dijual kebajikan?"
"Konon ada, tapi bukan di sini tempatnya."
"Di mana?"
"Kami tak tahu."
"Kami tidak mau tahu."

Orang itu berlalu sembari dalam hatinya bergumam,

"Zaman yang dinubuatkan itu sudah datang,

rupanya..."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline