Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer Air

Komunitas Pecinta Aviasi

Transisi Aviasi, dari Bentuk Pesawat Hingga Bahan Bakar (Bag 2)

Diperbarui: 19 November 2024   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesawat Masa Depan (Image Author : NASA/The Boeing Company via Wikimedia Commons).

Usaha industri aviasi untuk menghijaukan langit masih terus dilakukan terutama oleh pabrikan pesawat dengan mencari alternatif bahan bakar fosil yang selama ini digunakan.

Selain dari Sustainable Aviation Fuel (SAF), beberapa pengembang pesawat kini tengah mengembangkan pesawat hybrid electric dimana pesawat dapat menggunakan bahan bakar fosil ataupun SAF dan listrik sehingga dapat mengurangi jejak karbon yang dihasilkan dari setiap penerbangan.

Saat lepas landas dan mendarat pesawat akan menggunakan tenaga listrik sebagai propulsinya sedangkan saat di angkasa ( cruising) pesawat menggunakan bahan bakar fosil ataupun SAF atau sebaliknya.

Namun pesawat bermacam macam jenisnya serta dengan kapasitas yang berbeda beda, misalnya untuk pesawat pesawat penumpang dan kargo (airliner) ada dengan kapasitas hingga 100 penumpang (regional) hingga 500 plus penumpang, dan untuk mengembangkan pesawat berkapasitas banyak kursi dan mengganti bahan bakar fosil tidak semudah dengan mengembangkan pesawat dengan kapasitas sedikit seperti taksi udara.

Hal ini karena beban angkutnya juga akan lebih berat dari pesawat berkapasitas sedikir sehingga propulsinya harus juga dapat memberi daya dorong (thrust) yang besar pula agar pesawat mendapatkan daya angkat (lift).
.
Jika dengan bahan bakar fosil, kontribusi berat total bahan bakar terhadap berat pesawat lebih sedikit daripada dengan baterai dengan segala pendukungnya, karena  baterai harus memberikan power dan energi.

Ilustrasinya begini, jika pada pesawat berbahan bakar fosil, bahan bakar bertindak sebagai energi kepada sistem propulsi (mesin) yang memberikan power kepada pesawat, sedangkan pada baterai, energy tersimpan di baterai (rechargeable), begitu pula power yang dibutuhkan pesawat (propulasi) untuk mendapatkan daya dorongnya juga dihasilkan oleh baterai

Jadi misalnya penerbangan dari titik A ke B pada pesawat berbahan bakar fosil memerlukan 2,000 liter avtur, pada baterai berapa kemampuan baterai memberikan energi dari titik A ke B, sederhananya bisa kita lihat di drone yang memiliki daya tahan pengoperasiannya karena ditenagai oleh baterai.

Oleh karena itu perpaduan antara bahan bakar fosil ataupun SAF dengan listrik (hybrid) ini menjadi salah satu solusi industri aviasi untuk mengurangi emisi karbon sebelum menuju ke tujuan akhir NetZero.

Bagaimana perkembangan dari pesawat penumpang dan kargo hybrid electric ini ?

Pengembangan pesawat hybrid electric sudah berlangsung beberapa tahun ini dengan berbagai progress yang cukup menjanjikan dari beberapa pengembang seperti Boeing, Maeve Aerospace, hingga Mitsubishi Heavy Industries dan masih banyak lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline