Lihat ke Halaman Asli

Widz Stoops

TERVERIFIKASI

Penulis buku “Warisan dalam Kamar Pendaringan”, Animal Lover.

Turbulensi Ekstrim Saat Perjalanan di Udara Kemungkinan Akan Terus Meningkat

Diperbarui: 28 April 2023   06:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Mudik Lebaran saya tahun ini agak berbeda dengan mudik tahun-tahun  sebelumnya. Perjalananan sempat tertunda di Dallas,Texas. Tidak ada solusi selain saya terpaksa harus menginap semalam di Texas. Dampaknya, Ketibaan saya di Jakarta tertunda sehari.

Awalnya pesawat American Airlines yang saya tumpangi berangkat tepat waktu dari Fort Myers, Florida menuju Dallas, Texas. Namun dalam perjalanannya pilot pesawat memutuskan untuk berputar menjauhi turbulensi. Tindakan ini otomatis memperpanjang durasi perjalanan hingga mengakibatkan pesawat mendarat tiga puluh menit terlambat dari waktu yang telah ditentukan. Akibatnya, pesawat Qatar Airlines yang tadinya akan saya tumpangi dari Dallas menuju Doha harus terbang tanpa saya.

Ahli meteorologi memang telah memperkirakan banyaknya penerbangan yang tidak berjalan mulus (bumpy flight) karena perubahan iklim membuat turbulensi udara sulit dideteksi. Hal ini seakan sudah menjadi suatu hal yang sangat biasa.

Bahkan dalam beberapa bulan terakhir tidak sedikit pesawat yang mengalami turbulensi sangat ekstrim sehingga beberapa penumpang dan awak pesawat, baik yang berada di Kelas Utama, Bisnis maupun Ekonomi. berakhir di rumah sakit karena cedera.

Kejadian ini kadang cukup membuat para penumpang pesawat ketar-ketir. Bahkan ahli meteorologi mengatakan perubahan iklim mendistorsi aliran jet, menimbulkan jenis turbulensi ekstrim --- turbulensi udara jernih --- mungkin akan lebih sering terjadi di masa depan.
Meskipun teknologi yang mendeteksi turbulensi dalam beberapa dekade terakhir telah berkembang pesat, tetap saja turbulensi kadang sulit diprediksi.

Saya pernah membaca sebuah penelitian yang ditulis seorang Profesor ilmu atmosfer di University of Reading, Inggris, Paul Williams, menurutnya  turbulensi terjadi ketika arus udara berputar-putar mendorong sayap pesawat, yang kemudian menggerakkan sayap ke atas dan ke bawah atau badan pesawat dari sisi ke sisi.Tekanan atmosfer, perubahan arah angin, udara di sekitar pegunungan, dan cuaca dingin atau hangat dapat menyebabkan turbulensi.

Turbulensi yang disebabkan oleh pergeseran angin, yang berarti perubahan kecepatan dan arah angin secara tiba-tiba, disebut clear-air turbulence atau turbulensi udara jernih. Disebut demikian, karena terjadi pada ketinggian yang lebih tinggi di daerah tak berawan. Pesawat dapat mengubah ketinggian secara tiba-tiba, karena pilot biasanya tidak dapat mendeteksi jenis turbulensi ini sebelumnya.

Profesor Williams juga menuliskan bahwa dalam kurun waktu lebih dari 40 tahun, jumlah pergeseran angin dalam aliran jet telah meningkat 15%. Pada ketinggian yang lebih tinggi di mana pesawat terbang melintas, perubahan iklim mengubah pola suhu, sehingga menciptakan lebih banyak pergeseran angin.

Profesor Williams bahkan memprediksikan bahwa jumlah turbulensi udara bersih dalam atmosfer pada pertengahan Belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) diperkirakan meningkat lebih dari dua kali lipat selama tiga hingga enam dekade mendatang. Perlu diketahui Belahan Bumi Utara atau Northern Hemisphere mencakup Amerika Utara, bagian utara Amerika Selatan, Eropa, dua pertiga bagian utara Afrika, dan sebagian besar Asia.

Jadi beberapa rute penerbangan internasional seperti New York-London atau San Francisco-Tokyo, dan lain-lain akan mengalami turbulensi udara yang lebih jernih karena mereka terbang di pertengahan Belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline