Lihat ke Halaman Asli

Widz Stoops

TERVERIFIKASI

Penulis buku “Warisan dalam Kamar Pendaringan”, Animal Lover.

Jangan Pernah Anggap Remeh Sumpah Kelingking

Diperbarui: 26 Maret 2019   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber photo website 1000 Awesome Things | metro.co.uk

Suatu sore saat menikmati panasnya kopi dan pisang goreng, tiba-tiba aku mendengar tangisan Brian salah satu keponakanku yang memecahkan telinga. Melihat itu adikku, Bapaknya Brian pun geram.

"Kenapa sih? Kamu cengeng banget!"
"Dipukul abang!" Jawab Brian dengan tangis yang semakin menjadi.
"Abang Tito! Sini kamu! Kenapa adiknya dipukul?" Teriak adikku kesal.
"Habis, Abang lagi main, mainannya direbut adik Brian!" Sahutnya tidak mau disalahkan.

"Kan Bapak sudah bilang kalau main harus gantian! Kalau enggak, bapak ambil mainannya, biar gag ada yang bisa main lagi!" Tegas adikku.

Tito sang kakak terdiam, begitu juga adiknya Brian langsung menghentikan tangisnya, ancaman tidak bisa main lagi seolah seperti dunia akan kiamat.

"Kalau mau mainan ini, kalian berdua harus baikan dulu! Sumpah gag akan berantem lagi! Ayo baikan!" Ujar adikku kepada kedua anaknya.

Tito sang kakak kemudian menyodorkan kelingking kanannya kepada Brian adiknya. Aksi itu disambut oleh Brian dengan menyodorkan kelingking kanannya juga. Kelingking mereka kemudian saling berpautan satu sama lain selama setengah detik. Lalu mereka berdua saling bergandengan untuk kembali main bersama-sama.

Brian dan Tito . Docpri

Aku tersenyum geli melihat kejadian itu, teringat masa kecil, sering melakukan hal yang sama dengan adikku. Tapi kemudian aku berpikir, dari mana ide saling memautkan jari kelingking atau sumpah kelingking itu sebenarnya berasal?.

Selidik punya selidik ternyata sumpah kelingking itu sudah melanglang buana sejak dahulu kala. Di mulai dari Jepang, dikenal dengan sebutan Yubikiri  yang artinya potong jari. Dan sering juga dikonfirmasi dengan sumpah "Pemotongan jari, sepuluh ribu pukulan tinju, siapa pun yang berbohong harus menelan ribuan jarum".

Yubikiri genman, uso tsuitara hari senbon nomasu. Yang artinya jika anda memiliki kebohongan, anda akan menemukannya.

Gerakan saling memautkan jari kelingking mungkin terkait dengan kepercayaan orang-orang Asia Timur yang berasal dari legenda di China dimana jodoh terhubung oleh takdir benang merah yang diikat pada masing-masing jari kelingking mereka.

Dua orang yang terhubung oleh benang merah adalah jodoh yang ditakdirkan, terlepas dari tempat, waktu, atau keadaan. Tali merah ajaib ini bisa meregang atau kusut, tetapi tidak pernah putus.

Salah satu cerita legendaris Cina yang cukup terkenal sehubungan dengan takdir benang merah adalah: Ada seorang anak laki-laki sedang berjalan pulang suatu malam, ia melihat seorang lelaki tua (Yue Xia Lao atau Dewa Perjodohan) berdiri di bawah sinar bulan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline