Lihat ke Halaman Asli

Widz Stoops

TERVERIFIKASI

Penulis buku “Warisan dalam Kamar Pendaringan”, Animal Lover.

Menjelajahi Dunia Maya

Diperbarui: 23 Januari 2019   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

El Castillo - Photo by Widz Stoops

Bosan dengan hiruk-pikuk dunia 'virtual' maya, beberapa waktu lalu sayapun memutuskan untuk menelusuri dunia maya yang sebenarnya. Dunia tempat dimana orang-orang Maya pernah tinggal. Cerita tentang peradaban Maya selalu membuat saya terpesona. 

Walaupun sepertinya sangat jauh dari apa yang pernah saya lihat di film Indiana Jones atau film-film Hollywood lainnya.
Untuk mengerti mereka, kita memang harus mempunyai kepala dan hati terbuka, dengan kata lain kita harus berpikir seperti orang-orang Maya itu sendiri.

Suku-suku di peradaban Maya sangatlah relijius dan memiliki 160 Dewa. Karena mata pencaharian mereka adalah bertani, maka Dewa hujan-Chac merupakan Dewa yang paling penting dalam kehidupan Maya. 

Begitu pentingnya, pada saat musim kering pengorbanan untuk Dewa hujan pun melibatkan manusia (anak kecil laki-laki atau perempuan) yang ditenggelamkan kedalam cenote atau telaga besar bersama dengan emas, batu jade atau barang berharga lainnya. 

Dimata kita pengorbanan seperti ini sungguh kejam, tapi tidak untuk bangsa Maya. Pengorbanan bagi mereka adalah suatu kehormatan, dan merupakan bagian dari kepercayaan mereka.

Chichen Itza

Peta Chichen Itza, website haciendachichen.com

Sisa-sisa peninggalan bangsa Maya dapat ditemukan di Mexico, Belize, Guatemala dan Honduras. Namun peninggalan yang sangat terpenting dan luar biasa adalah kota Cichen Itza, yang artinya di tepi telaga Itza.

Itza sendiri adalah nama dari salah satu suku dalam peradaban Maya. Itza dalam bahasa Maya berarti Air Ajaib. Ada dua cenote atau sumur/telaga yang besar di lokasi tersebut yaitu X-toloc dan Ik Kil.

X-toloc Cenote yang telah ditutupi semak belukar.photo by Widz Stoops

Itza membangun kota yang megah ini diatas tanah 10km persegi di semenanjung Yucatan untuk memuja Dewa mereka dan juga sebagai kalender hidup.

Bangunan-bangunan Chichen awalnya dibangun degan gaya arsitektur yang dikenal sebagai Puuc, tersebar di bagian selatan dataran rendah komplek bangunan ini termasuk Akabtzib (House of the hidden writing), Chichanchob (The Red House), Iglesia (gereja), Casa De La Monjas (Nunnery) dan Observatory El Caracol. 

Observatory El Caracol. Photo by Widz Stoops

Terdapat bukti setelah runtuhnya bagian ini, 200-300 tahun kemudian Chichen diduduki oleh orang-orang pendatang yang juga bagian dari bangsa Maya dengan pengaruh Toltec (Mexico Tengah).

Konon pendatang inilah yang merupakan cikal bakal suku Itza dan merekalah yang kemudian mendirikan bangunan-bangunan besar lainnya seperti El Castilo, Ball Court, Temple of The Warriors, dan lain-lain.

Venus Platform. Doc.pribadi Widz Stoops

El Castillo piramid yang mempunyai ketinggian 24 meter itu terkenal sebagai kalender hidup dan mempunyai empat sisi dimana pada setiap sisi mempunyai 91 tangga ditambah satu tangga pada platform paling atas dan kalau dijumlahkan semua totalnya adalah 365, sama dengan jumlah hari dalam setahun. 

Uniknya di musim semi dan musim gugur saat matahari mulai terbenam pantulannya memunculkan bayangan ular yang sedang menuruni anak tangga . Sedangkan pahatan ular pada puncak piramid adalah simbol dari Kukulcan, yang merupakan salah satu Dewa utama dalam kepercayaan bangsa Maya.

Pok-ta-pok Ball Court. Photo by Widz Stoops

Pok-ta-pok ball court atau lapangan sepak bola dibangun sepanjang 166 meter dengan luas 68 meter. Disepanjang dinding tampak enam relief yang terpahat menggambarkan kelompok yang kalah sedang memegang potongan kepala dari kelompok yang menang. Ya, kelompok yang menang akan dipenggal kepalanya, menunjukan bahwa peserta permainan bola ini sudah mempersiapkan diri untuk menang dan mati.

Bangsa Maya percaya kematian harus diraih dengan perjuangan dan kemenangan. Jadi tidak ada istilah menyerah atau putus asa lalu bunuh diri dalam kamus orang-orang Maya.

Temple of Bearded Man. Website Thoughtco/Jim Gateley

Di ujung dari lapangan bola ini terdapat candi yang disebut Temple of The Bearded Man. Nama tersebut konon diambil karena pemimpin atau pengawas permainan ini yang duduk diatas candi tersebut bermuka aneh dan berjanggut.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline