YuKKN UNNES, Desa Wanar,- Bidang pendidikan khususnya pengajaran tari merupakan salah satu masalah yang belum terselesaikan di Desa Wanar. Sebenarnya masyarakat desa Wanar mulai dari anak-anak hingga dewasa banyak yang bisa dan minat dalam berlatih tari, minat yang mereka miliki mungkin kelak akan menjadi bakat atau mungkin kelak akan bisa menjadi sumber penghasilan.
Jika seseorang sudah mengetahui bakatnya misalnya bakat dalam seni tari, maka orang tersebut akan mendapatkan tawaran untuk menari di manapun bahkan tiap hari mendapatkan job untuk menari di manapun dan dalam rangka apapun.
Nah, dengan demikian bakat tersebut akan menghasilkan banyak tawaran job di manapun pasti Ia lalukan dan tentunya mendapatkan penghasilan tambahan. Selama 45 hari KKN di Desa Wanar, yang kami amati adalah semangat yang tinggi ketika masyarakat akan mengikuti pengajaran tari.
Cara menumbuhkan kesadaran masyarakat pentingnya menjaga kelestarian budaya melalui gerak tari. Budaya tari yang mulai luntur bahkan hilang, kini mulai dimunculkan kembali. Mahasiswa yang berjumlah 10 dari Universitas Negeri Semarang bersama masyarakat Desa Wanar yang terdiri dari 2 dusun yaitu Dusun Wanar dan Dusun Lebeng bersama-sama berlatih tari dari gerak dasar tari hingga jadi 1 tarian yang utuh. Satu tarian yang utuh tersebut khusus untuk anak SD dan MI yaitu Tari Merak, untuk siswa SMP yaitu Tari Denok Semarangan, untuk yang usia 40 + yaitu Tari Gambyong. Nah, dari pengajaran tari mulai dari Tari Merak, Tari Denok Semarangan, Tari Gambyong tersebut terdapat tingkat kesukaran gerak.
Sesuai dengan tujuan KKN UNNES tahun 2018, bahwa mahasiswa menjadi fasilitator aktif dalam menetaskan permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat. Kesadaran kritis dan pengahayatan terhadap permasalahan pelestarian budaya tari harus dilestarikan oleh semua masyarakat Desa Wanar baik anak-anak maupun dewasa.
Mahasiswa KKN UNNES tahun 2018 berharap agar tetap bersemangat melestarikan budaya tari walaupun berlatih sendiri tanpa adanya bimbingan dari Mahasiswa KKN. Kesadaran kritis dan penghayatan terhadap permasalahan dengan tidak adanya pelestari budaya yang mengajarkan atau menularkan ilmunya (ilmu dalam seni tari) kepada masyarakat di Desa Wanar harus muncul dan dicari solusinya oleh masyarakat itu sendiri.
Maka selain mengajak warga untuk berlatih tari yang dilaksanakan hampir 1 minggu utuh, pada 1 minggu utuh itu juga dijadikan ajang bagi Mahasiswa untuk memberikan pengajaran unggah-ungguh basa karena di Desa Wanar ini masyarakatnya sudah lupa bahkan tidak bisa berbahasa krama dengan baik. Di masyarakat Desa Wanar masih banyak yang tidak mengetahui tingkatan bahasa.
Tingkatan bahasa yang dimaksud adalah tingkatan bahasa misalnya kata "dhahar" itu pantasnya dan seharusnya di ucapkan untuk orang yang lebih tua atau jabatannya lebih tinggi. pada pengajaran tari dan unggah-ungguh basa ini dijadikan ajang juga bagi Mahasiswa untuk menjalin hubungan erat tanpa sekat kepada masyarakat Desa Wanar.
Tujuan lebih jauh dari program kerja pengajaran tari dan pengajaran unggah-ungguh basa ini adalah agar masyarakat dapat tetap menjaga semangat dalam melestarikan budaya baik itu dalam bidang tari maupun unggah-ungguh basa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H