Lihat ke Halaman Asli

Widiyanto Nugroho

an engineering student

Gerakan Bebas Jentik oleh Mahasiswa KKN UNDIP Desa Tosaran

Diperbarui: 21 Agustus 2019   17:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Pekalongan, 20 Agustus 2019 -- Setiap tahun, jentik nyamuk selalu menjadi permasalahan yang meresahkan masyarakat Indonesia. Penyakit yang berujung kematian cenderung meningkat akibat jentik nyamuk yang belum bisa teratasi dengan baik. Penyakit yang mungkin timbul diantaranya Demam Berdarah Dengeu (DBD), malaria, dan cikungunya. 

Namun, penyakit yang kerap terjadi dan banyak memakan korban di Indonesia karena jentik nyamuk adalah DBD. Salah satu wilayah yang dinyatakan endemik DBD adalah Desa Tosaran, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan.

dokpri

Upaya untuk mengurangi penyakit DBD diantaranya adalah mematikan sumber penyakit, yaitu jentik nyamuk. Jentik nyamuk yang hidup di genangan air bersih harus dihilangkan agar nyamuk yang lahir tidak berkembang biak dan memakan korban jiwa. Perlu adanya inisiatif dari warga Desa Tosaran untuk menghilangkan jentik nyamuk tersebut.

img-20190813-wa0027-5d5d1b6e097f3614cd5dc1f2.jpg

Program yang dinamakan "Gerakan Bebas Jentik" dilakukan dengan metode door to door, yaitu dengan mendatangi rumah warga untuk mensosialisasikan 3M+, yaitu Menguras, Menutup, dan Mengubur dan alternatifnya. Selain 3M+, mahasiswa KKN juga memberikan leaflet berisi informasi terkait jentik nyamuk, termasuk pengaruh, tempat hidup,dan bahan-bahan alami dapat digunakan untuk membasmi jentik nyamuk, diantaranya dengan menggunakan jeruk nipis atau air garam yang dilarutkan ke dalam genangan air. Sebagai bentuk kepedulian terhadap warga Desa Tosaran, mahasiswa KKN juga membagikan serbuk Abate untuk membantu membasmi jentik nyamuk. 

Mahasiswa KKN berharap agar program tersebut mampu membantu warga agar tercegah dari timbulnya penyakit DBD, karena mencegah itu lebih baik daripada mengobati.

dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline