Lihat ke Halaman Asli

Kekeringan di Negeri Seribu Sungai, Salah Siapa?

Diperbarui: 14 Oktober 2015   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://img2.bisnis.com/makasar/posts/2015/06/06/189365/sungai-kapuas-antara.jpg"][/caption]

Pontianak- kota ini mendapat julukan negeri seribu sungai. Julukan ini disamatkan pada kota ini karena banyaknya sungai yang melintasi Pontianak. Sungai yang paling terkenal tentunya Sungai Kapuas. Hampir seluruh masyarakat Indonesia mengerti bahwa Sungai Kapuas merupakan sungai terbesar di Indonesia.

Dewasa ini terdapat ironi di Pontianak. Negeri yang terkenal dengan seribu sungai ini malah sering dihadapkan dengan kesusahan untuk mendapatkan air. Jika di musim hujan masyarakat memanfaatkan air hujan yang ditampung dalam tempat air besar untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari seperti mandi, memeasak, air minum, dan lain-lain. Bahkan di saat musim kemarau masyarakat hanya mengandalkan air dari PDAM saja. PDAM menyuplai air dari Sungai Kapuas. Sedangkan air dari Sungai Kapuas sudah tercampur dengan air laut. Jadi masyarakat Pontianak sudah tidak asing dengan air yang berasa asin untuk mandi, sikat gigi, berwudhu, bahkan untuk air minum sehari-hari.

Tak heran jika banyak protes dari masyarakat karena ironi ini. Masyarakat mempertanyakan bagaimana kinerja pemerintahan untuk menanggulangi kejadian tersebut. Mengapa pemerintah tidak memanfaatkan air sungai yang melimpah untuk diolah menjadi air minum yang layak? Banyak aksi (atau demo) yang dilakukan oleh masyarakat untuk menuntut suatu langkah pasti dari pemerintah. Mereka meminta air yang layak untuk digunakan di negeri yang berlimpahkan air dari sungai. Sungguh ironis bukan?

Namun pemikiran di atas hanyalah pemikiran para orang-orang awam yang hanya bisa menuntut. Mereka hanya bisa menuntut dan terus menuntut hak-hak mereka agar terpenuhi dan sebagian dari mereka bahkan tidak menjadi warga negara yang baik. Hal itu dapat ditunjukkan dengan perbandingan target pajak dari provinsi Kalimantan Barat dengan jumlah pajak yang terkumpul. Tidak ada setengah dari target pajak yang terkumpul sampai saat ini. Sungguh ironi di atas ironi jika mengetahui hal ini. Memang ada yang taat dengan pajak, tetapi jika yang lain belum taat pada pajak apakah bisa pembangunan infrastruktur berjalan maksimal? Jawabanya jelas tidak. Jika pemenuhan dari air yang layak belum tercukupi sebaiknya kita semua (bukan hanya masyarakat Pontianak dan sekitarnya) mawas diri dan introspeksi, apakah kita sudah menjadi warga negara yang baik untuk meminta hak-hak kita pada negara ini? Tak baik jika kita hanya saling menyalahkan pihak pemerintah maupun masyarakat. Alangkah lebih baik jika kita saling bergandengan tangan dan membuat satu langkah pasti bukan hanya harapan-harapan saja. Semoga tanah air ini menjadi lebih baik untuk kedepanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline