Apa yang biasanya kita lakukan jika berbuat salah pada orang lain atau ada orang lain yang berbuat salah kepada kita?
Jawabannya meminta maaf dan memaafkan. Kenapa kita memilih meminta maaf dan memaafkan dibandingkan mencoba abai dengan masalah tersebut? Karena kita memilih untuk menjaga mental kita agar tetap sehat. Sejatinya ketika kita memilih memaafkan pun sebenarnya kita melepaskan diri kita dari perasaan-perasaan negatif, seperti marah ataupun dendam.
Sifat-sifat tersebut tidak hanya membuat perasaan kita tidak nyaman, bahkan bisa berpengaruh terhadap fisik jika dilakukan dalam waktu lama. Seperti misalnya terkena penyakit jantung ataupun tekanan darah tinggi, karena perasaan marah pun dapat terasosiasi dengan ritme detak jantung yang cepat.
Ketika kita berbuat salah, jangan lupa untuk memaafkan diri sendiri terlebih dahulu. Jangan terlalu keras menghakimi diri ketika kita tidak bisa mencapai standar diri ideal yang telah kita tetapkan. Sayangilah diri sendiri, karena siapa lagi selain kita, yang bisa benar-benar mengerti tentang apa yang kita pikirkan dan kita rasakan? Sejatinya dari kesalahan, kita belajar. Kita belajar untuk berjuang lebih keras lagi mencari cara yang benar dalam mengerjakan sesuatu. Terimalah apa yang menjadi kesalahan kita, maafkan, baru kemudian evaluasi dengan solusi-solusi yang membangun.
Ketika ada orang lain berbuat salah pada kita, maafkanlah. Sebuah penelitian psikologi sosial memberikan hasil bahwa menyatakan pemberian maaf biasanya menjadikan orang yang mendzalimi si pemaaf tersebut tidak melakukan tindak kedzaliman serupa di masa mendatang (Wallace dkk., 2008). Doakan juga agar orang yang berbuat salah kepada kita berubah menjadi orang yang lebih baik lagi.
Ketika ada keadaan yang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, maaf maafkan keadaan tersebut dan terimalah. Bisa jadi keadaan yang membuat kita kecewa itu tidak seberapa dibandingkan kesulitan atau ujian hidup yang dialami orang lain.
Terkadang, kita tidak bersyukur terhadap keadaan yang kita miliki karena kita salah membandingkan. Kita membandingkan pada yang 'terlihat' lebih nyaman kehidupannya daripada hidup kita, padahal masih banyak di luar sana yang hidupnya lebih susah dan tetap bersyukur.
Untuk saat ini dan seterusnya, segala hal apapun yang membuatmu kecewa; baik dirimu sendiri, orang lain, atau keadaan, maka maafkanlah. Sekarang kamu tidak perlu marah pada orang yang barangkali tidak tertib ketika berlalu lintas, ketahuilah itu bisa jadi guru sabarmu pada prakteknya langsung di kehidupan sehari-hari. Kamu pun tak perlu kecewa ketika mungkin hujan turun ketika kamu sudah siap untuk pergi keluar ke suatu tempat, karena bahkan kata Tere Liye daun yang jatuh pun tak membenci angin.
Segala sesuatu ada hikmah di baliknya, semoga kamu bisa mendapatkannya. Hingga akhirnya kamu bisa menjadi seorang pemaaf dan mampu menerima segala hal yang telah Tuhan tetapkan untukmu. Yuk jaga kesehatan mental kita dengan cara menjadi pemaaf.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H