Lihat ke Halaman Asli

Widi Wahyuning Tyas

Menulis kadang sama menyenangkannya dengan nonton mukbang.

Dekompresi yang Menghantui Penyelam

Diperbarui: 5 November 2018   13:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kabar meninggalnya penyelam Syachrul Anto dalam upaya pencarian korban Lion Air JT-610 menambah catatan pilu tragedi jatuhnya pesawat yang menewaskan 189 penumpang ini. Syachrul dilaporkan meninggal pada Sabtu (3/11) di Dermaga JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Syachrul diduga mengalami kecelakaan tenggelam saat mengevakuasi korban di dasar laut. Ia lantas dibawa ke RSUD Koja dalam kondisi tak sadarkan diri. Pukul 22.30, tim dokter yang menangani Syachrul menyatakan bahwa penyelam itu telah meninggal dunia.

Syachrul Anto dikenal sebagai relawan penyelam yang kerap membantu evakuasi saat ada bencana. Meski bukan merupakan anggota Basarnas, ia tergabung dalam Indonesia Diver Rescue dan sudah memiliki lisensi menyelam. Sebelum melakukan misi pencarian korban Lion Air, Syachrul ternyata baru saja pulang dari membantu korban gempa dan tsunami di Palu.

Dugaan dekompresi dianggap menjadi penyebab meninggalnya penyelam 48 tahun ini. Melansir CNNIndonesia, kondisi ini terjadi karena adanya perubahan tekanan air yang terlalu cepat. Dekompresi akan membuat nitrogen dalam darah membentuk gelembung yang dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah dan organ.

Pada area dekat sendi, gelembung tersebut akan menyebabkan rasa nyeri yang luar biasa di otot. Jika jumlah gelembung sudah terlalu banyak, rasa nyeri akan menjalar hingga area tulang, punggung, hingga otak. Yang paling membahayakan adalah jika gelembung masuk ke aliran darah pembuluh vena. Penyelam bisa saja pingsan bahkan meninggal pada kondisi ini.

Mengenai penyebabnya, dekompresi bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti dehidrasi, tekanan, bekerja tanpa kenal waktu, dan kesalahan saat naik ke permukaan laut. Selain itu, faktor usia dan berat badan, serta riwayat sakit jantung juga bisa meningkatkan risiko terkena dekompresi.

Saat terkena dekompresi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Penanganan darurat di tempat menjadi langkah awal untuk mengurangi dekompresi. Pertama, baringkan korban dalam posisi telentang. Kemudian, keringkan tubuh korban dan selimuti tubuhnya untuk menjaganya tetap hangat saat suhu tubuh menurun.

Selain itu, pengobatan dengan terapi oksigen hiperbarik juga  bisa digunakan untuk menangani dekompresi, namun harus disesuaikan dengan keparahan gejala yang dialami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline