Lihat ke Halaman Asli

Widi Wahyuning Tyas

Menulis kadang sama menyenangkannya dengan nonton mukbang.

Polusi Suara yang Berbahaya

Diperbarui: 11 Oktober 2018   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

shutterstock.com

Sudah menjadi kelumrahan bahwa jalan raya tak pernah jauh dari kata bising. Ratusan kendaraan yang lalu lalang lengkap dengan suara klakson yang memekakkan telinga menjadi pemandangan biasa, terutama di kota-kota besar. Apalagi di kawasan pantura yang menjadi jalur lalu lintas kendaraan bermuatan besar. Kondisi ini akan semakin parah bila terjadi macet dan antrian lampu merah.

Kebetulan saya tinggal di kawasan kecil di bagian timur kota Semarang dan melewati jalan pantura setiap akan pergi dan pulang kuliah. Tak terhitung betapa seringnya kemacetan terjadi di kawasan ini. Truk-truk bermuatan besar dan bus patas menjadi penghuni  tetap yang tak pernah absen melintas. 

Paling parah adalah saat perbaikan jalan menuju idul fitri beberapa bulan terakhir. Kendaraan hanya bisa lewat di satu jalur. Akibatnya, kemacetan mengular tak terhindarkan. Pengendara motor harus benar-benar berhati-hati menyisip di antara dua badan truk. Istilah jawanya, 'nylimpe'.

Bukan hanya suara mesin kendaraan dan klakson yang terdengar, namun juga suara peluit dari polisi yang bertugas mengamankan lalu lintas. Pokoknya, bisa dibilang kondisi pantura saat macet sangat kacau. Bising dan bikin stres! Kenyang lah saya setiap hari 'makan' kebisingan.

Meskipun terdengar sepele, suara bising tak boleh dianggap remeh, lho! Sama seperti halnya udara, suara bising juga merupakan polusi yang berpotensi merusak kesehatan. Dilansir dari CNNIndonesia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperbarui pedoman kesehatan mengenai kebisingan udara. Tercatat di Eropa, lebih dari 100 juta orang terkena dampak kebisingan dari suara lalu lintas setiap tahunnya. Orang yang secara kontinu terpapar kebisingan berisiko mengalami kerusakan kesehatan secara signifikan.

Kebisingan berlebih dapat mengakibatkan perubahan tekanan darah, gangguan jantung, tekanan darah tinggi, hingga berpotensi menyebabkan kardiovaskular yang bisa berujung kematian. Sementara pada anak-anak, kebisingan bisa mempengaruhi proses berpikirnya.

Tak hanya dari lalu lintas, pedoman WHO ini juga mencakup beberapa sumber kebisingan seperti turbin angin, suara musik di club malam, konser, dan alat pendengar pribadi seperti mendengarkan musik dari earphone.

Ini yang biasanya dianggap sepele. Orang cenderung lebih senang mendengarkan musik keras-keras menggunakan earphone meskipun sedang di dalam ruangan yang sepi. Padahal ini sangat tidak bagus untuk kesehatan pendengaran. Alangkah baiknya bila earphone digunakan saat menelepon di tengah keramaian, atau jika kamu ingin mendengarkan musik melalui earphone, lebih baik jangan terlalu meninggikan volumenya.

Polusi suara ini sangat beragam. Setiap sumber memiliki karakteristik kenyaringan dan konsistensi yang berbeda. Maka dari itu, efek kesehatan yang ditimbulkan dari masing-masing jenis polusi suara pun berbeda-beda. Dampak yang paling sering dirasakan adalah gangguan tidur atau insomnia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline