Seiring perkembangan zaman, eksistensi bahasa daerah kian tergerus oleh bahasa asing. Bahkan, para remaja lebih bangga menggunakan bahasa asing dan menganggap penggunaan bahasa daerah terkesan kampungan.
Meskipun demikian, popularitas bahasa nasional masih terjaga. Faktanya, 71,4% responden mengaku masih menggunakan bahasa nasional di kehidupan sehari-hari karena lebih umum dan mudah dimengerti.
Sebagai generasi digital, para responden memaparkan media sosial berperan penting untuk meningkatkan popularitas bahasa. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai strategi ciamik di media sosial.
"Melalui campaign yang dilakukan oleh influencer dengan mengajak berbagai elemen masyarakat untuk bergabung bersama," ujar Salma Aulia Mahasiswa Jurnalistik Unpad.
Influencer memang dapat mempengaruhi sikap dan prilaku khalayak umum karena dianggap kredibel untuk menyampaikan hal terkait. Fenomena tersebut terjadi akibat komunikasi yang dibangun secara konsisten dan reputasi yang relevan antara influencer dan followersnya (Irfan, 2020).
Dalam entertainment Indonesia, popularitas bahasa daerah berhasil meningkat ketika penyanyi ternama seperti Yura Yunita dan Via Vallen membuat lagu berbahasa daerah.
Kekuatan yang tak kalah besar dari seorang influencer, yakni netizen. Banyaknya jumlah massa di suatu platform media sosial dapat turut mempengaruhi khalayak. Hal tersebut dapat terjadi karena pengguna media sosial cenderung tidak ingin ketinggalan tren dan ingin melakukan hal yang sama dengan kebanyakan orang.
"Dengan tren, maksudnya ketika banyak yang pakai yaa bahasa itu jadi meningkat. Ini terutama sering aku liat fenomenanya di twitter deh, kaya misal campur2 bahasa kaya gitu kan itu muncul dari satu kelompok." Tutur Lugina Nurul Ihsan, Mahasiswa Jurnalistik Unpad.
Lugina menambahkan, tren dapat menyebar dari satu kelompok fandom ke kelompok fandom lainnya. Mereka akan melihat, mengamati, lalu meniru tren tersebut.
Di samping itu, konten dan filter medsos memiliki tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi untuk dapat meningkatkan popularitas bahasa. Misalnya, fiter "Seberapa Sunda Kamu" yang sedang viral di Tiktok. Jika filter dapat mengenalkan bahasa dengan bermain-main, konten dapat dijadikan sarana edukasi untuk lebih mengenal bahasa.