Lihat ke Halaman Asli

Widi Sofiah

Mahasiswa

Selingkuh Bukanlah Pembenaran dari Ketidaksempurnaan

Diperbarui: 13 Juni 2024   17:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di time line aplikasi burung biru atau sekarang yang lebih dikenal dengan sebutan X, sedang dipenuhi dengan isu-isu perselingkuhan.

 Terbaru, isu suami sebut aja (B) yang tega berselingkuh dari istrinya (A). Padahal posisi istrinya sedang hamil besar dan membutuhkan dukungan baik fisik maupun psikis. Namun, suami (B) dengan bangganya memilah milih perempuan lain untuk melepas nafsu sesaat dan memamerkan perbuatan tercela itu di laman second account instagramnya dengan caption "Selingkuh dulu gaksii mumpung istri lg hamil gede "

Saya benar-benar merasa sedih dan kecewa. Mengapa semudah itu melanggar sumpah pernikahan hingga menyakiti pasangan yang dulu diperjuangkan (?) 

Jika ada yang menjawab karena suami membutuhkan tempat untuk melepaskan nafsunya, karena sikap istrinya yang kurang baik, karena istrinya tidak bisa memenuhi semua keinginan suami, dan sudah tidak ada kecocokan antara diantara keduanya.

Lantas, apakah selingkuh termasuk satu-satunya jalan yang tepat untuk dilakukan??

Tidak! Tidak!

Dengan alasan apapun perselingkuhan tidak dibenarkan, baik dari segi agama maupun hukum negara. Selingkuh adalah penyakit yang tidak bisa hilang sepenuhnya namun dapat  diupayakan untuk sembuh jika pengidapnya sudah menyadari keberadaan penyakit yang dimiliki dan bersungguh-sungguh ingin sembuh dengan menunjukkan perubahan yang nyata.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline