Lihat ke Halaman Asli

Tuhan Tidak Adil

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tuhan nggak adil!!! Pernahkah anda mendengar kata-kata tersebut terutama dari orang-orang yang sedang berkeluh kesah? Pasti hampir semua dari anda pernah. Pertanyaannya, benarkah Tuhan itu tidak adil? Menurut pengalaman saya, Tuhan adalah yang paling adil diantara yang paling adil.

Contohnya begini, sepasang suami istri kenalan saya belum juga dianugerahi anak walaupun telah bertahun-tahun menikah. Mereka selalu berdoa, mapan dan stabil dari segala hal baik materi maupun emosi. Tidak adil kan? Tapi adil bagi anak-anak panti asuhan yang rajin mereka kunjungi, anak-anak yatim piatu yang mendapat perhatian khusus dari pasangan itu walaupun bukan orang tua kandung mereka.

Saya harus patah hati sampai down to earth ketika dicampakkan oleh pacar saya dulu setelah sekian pengorbanan yang saya berikan. Adil menurut saya, karena Tuhan pada awalnya sudah memberi rasa jatuh cinta, tergila-gila, hangatnya kasih saying dan perhatian. Jadi Tuhan memberi sakit hati yang seimbang dengan suka hati saya. Jika sampai sekarang saya belum juga mendapat pasangan, yah mantan pacar saya yang terakhir pun (mungkin) juga belum mendapat pasangan. Sedikit banyak, lumayan adil lah..

Ada juga yang merasa Tuhan itu tidak adil. Seorang sahabatsaya berkeluh kesah tentang hidupnya dimana selalu dirundung masalah terutama masalah finansial sehingga harus mengorbankan kuliah. Sahabat saya beralasan, orang yang sungguh-sungguh ingin kuliah harus mengaburkan mimpi menjadi seorang sarjana namun orang yang punya segalanya termasuk fasilitas dari orang tua malah kuliah angin-anginan alias kagak niat (sahabat saya sebenarnya menyindir saya). Saya pun malu, terdiam, terbengong-bengong.. Entah mengapa sahabat yang biasa selalu periang tiba-tiba meradang. Seketika dia berkata “Tuhan nggak adil..” dengan lirih, dalam dan nada yang menyayat..

Satu menit.. dua menit.. Sampai lima menit kami terbisu. Saya pun berada antara sedih, kecewa dan bahagia. Sedih akan keadaan sahabat saya, kecewa karena dia mempertanyakan keadilan Tuhan, dan bahagia karena ternyata kami bersahabat tidak hanya di kala suka tetapi pun di kala duka. Sekonyong-konyong saya berkata, “kawan, Tuhan itu Maha Adil. Mungkin Tuhan layaknya orang tua yang baik bagi kita bukan orang tua yang memanjakan. Mungkin Tuhan berkeinginan setiap manusianya berjuang untukmendapatkan apa yang diimpikan. Layaknya orang tua yang baik, Tuhan berkeinginan kita untuk belajar dari setiap perjalanan hidup, dari setiap kesalahan agar tidak jatuh ke lubang yang sama. Mungkin Tuhan beranggapan, apa yang kita minta tidak cocok atau belum pantas untuk keadaan kita. Ingat, Tuhan Maha Tahu. Jika Tuhan selalu mengabulkan setiap permintaan manusia, jadilah ia seperti anak manja yang lemah, selalu bergantung kepada orang lain dan tak akan pernah mandiri. Bukankah orang tua yang baik beranggapan lebih baik memberikan kail dan pancing kepada anaknya daripada langsung memberikannya ikan? Tuhan memberikan hati sebagai kail dan akal pikiran sebagai pancing. Terserah kita bagaimana caranya menggunakan kail dan pancing tersebut untuk memancing mendapatkan ikan (hasil) atau tidak”

Sahabat saya lalu berkata “Antara kita lain, lahir dari keluarga berbeda.. nasib kita lain, kamu lebih beruntung”. Saya menjawab “memang saya lebih beruntung dari segi fasilitas dan finansial, tapi tahukah kamu cerita dibalik semua kelebihan saya itu? Ada perih, ada luka, ada cerita pahit, bayangan trauma yang mungkin seumur hidup tak lenyap. Dan kamu..!! ya kamu itu, memang kurang dalam hal duit dan tetek bengeknya. Tapi ingat kawan, keluargamu utuh! Dan karena kekurangan kalian keutuhan itu makin nyata. Dan itu terjadi sebaliknya pada keluargaku.. aku lebih ingin seperti dulu, biasa tapi bahagia.. bukan ada tapi nestapa. Kebahagiaan tak bisa diukur dengan limpahan materi kawan... Jadi jangan pernah beranggapan Tuhan itu tak adil..”. Kami pun kembali membisu..

Kembali ke masalah adilnya Tuhan. Saya yakin Tuhan adalah segala bentuk adil. Jika menurut anda ada ketidak adilan di dunia ini, yakinlah itu merupakan buah keadilan manusia bukan Tuhan. Keadilan manusia masih sangat bersifat relatif, bagi sementara orang suatu hal cukup adil namun belum tentu bagi sementara orang lain. Sedangkan keadilan Tuhan itu mutlak. Entah adil melalui karma, melalui perantara manusia lain, melalui pengadilan di akhirat nanti atau melalui cara lain. Keadilan Tuhan bekerja dengan cara yang misterius. Jika kita mau sedikit saja membuka pikiran dan hati maka sedikit banyak nampaklah dimana letak keadilan dari Tuhan.

Jika menurut anda, mengapa masih ada yang miskin.. mengapa ada peperangan.. mengapa ada bencana.. Lantas, mana letak keadilanNya? Menurut saya itulah dinamika kehidupan. Manusia diciptakan dengan akal pikiran, nafsu dan hati. Jika ada peperangan dan kerusakan dimuka bumi ini, maka itu semuanya adalah karena keserakahan manusia... Dan yang miskin di dunia belum tentu miskin di akhirat, begitupun sebaliknya.

Tuhan menciptakan manusia, tetapi manusia itu sendiri punya kebebasan menentukan arah, tujuan, makna hidupnya sendiri. Dan hal itu kurang adil apa lagi? Bandingkan dengan robot ciptaan manusia, yang hanya diprogram menuruti segala perintah penciptanya tanpa kebebasan pikiran.

Anda masih meragukan bahwa Tuhan itu adil? Tunggu sajalah di pengadilan maha adil di Padang Mahsyar nanti, dimana setiap milligram dosa dan amalan kita ditimbang dan diadili seadil-adilnya.

Salam…..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline