Lihat ke Halaman Asli

Injourney

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

INJOURNEY

Senyapnya malam masih kudapati di sini
Sembari terpekur terselip sempat tuk menukil kenang tentang kehidupan
Sejauh jalan dibentangkan dan jejak tapak yang membekas
Sedari tangis pertama memecah suasana
Hingga di pijak titik ini serpih pengertian telah di dalam genggam
Bukankah langit pun tak selamanya muram?
Selalu ada secangkir kopi di jeda pagi
Pekatnya menyisakan manis teguk demi teguk
Lalu pandang siap diarahkan, mengukur ruang
Suara jiwa memekik lantang
: tak ada alasan lagi bagi ciutnya nyali!
Masih ada waktu, dan aku rasa begitu!
Ya, sesekali memang aku duduk menunggu
Membentangkan sayap yang kadang letih untuk dikepakkan
Menata nafas yang sesak tersengal
Setelah itu?
Dada siap kembali dibusungkan!
Kukatakan : ini bukan soal keangkuhan!
Lengkung busung dadaku tersebab
Pundi cinta di relung rasa telah penuh
Dan terkembanglah kepak sayap mengibas keras
Melanjutkan perjalanan membaca tanda
Pada kemurnian cinta
Atas nama kehidupan
Sekali lagi kulanjutkan, menggenggam pengertian-pengertian

Jogja, juni 2012

Tertarik untuk membaca puisi lainnya? silahkan kunjungi halaman saya di http://www.facebook.com/CatatanDiAtasCatatanWidiPrasetio




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline