Lihat ke Halaman Asli

Widhi S

Menulis adalah membagi dan meninggalkan ilmu menjadi bermanfaat

Akhirnya Muncul, Ahli Herbal Nusantara

Diperbarui: 25 Februari 2022   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sidiq Raharjo, dok. sang peracik jamu

Berbicara tentang herbal, sudah banyak artikel yang mengulas mulai dari tanaman obatnya atau bahan rempah-rempah yang bisa memberikan efek kesehatan bagi tubuh. Namun belum ada yang menjelaskan secara rinci, manfaat apa saja yang ada di dalam tanaman obat. Sekadar informasi saja, di Indonesia terdapat lebih dari 30 ribu tanaman yang berkhasiat sebagai obat. Hanya sedikit yang mampu meracik berbagai tanaman obat tersebut sehingga menjadi berkhasiat sebagai penyembuh suatu penyakit.

Selain dibutuhkan keinginan yang kuat untuk mempelajari masing-masing tanaman obat, dikalangan para peracik herbal tulen sendiri ada semacam nilai yang dipegang, bahwa kemampuan mereka meracik tanaman obat tidak untuk dikomersilkan. Bahkan mereka yang memiliki penyakit berat dan akhirnya dapat sembuh melalui tangan para peracik ini, menjadi sebuah garis takdir yang di tuntun oleh Tuhan. Oleh sebab itu, sangat jarang para peracik tanaman obat ini dapat dijumpai dengan mudah.

Latar belakang karena keprihatinan pandemi covid 19 yang berimbas ke berbagai sektor, seorang ahli herbal yang juga peracik tanaman obat, akhirnya memutuskan untuk muncul membagikan ilmunya kepada masyarakat luas. Ilmu tentang tanaman obat yang sudah dipelajari selama lebih dari 20 tahun, dibagikan gratis bagi mereka yang ingin belajar tanaman obat atau untuk mengobati sendiri dari sakit yang diderita melalui herbal. Adalah Sidiq Raharjo, seorang peracik tanaman obat yang berdomisili di Hargobinangun Pakem Sleman, rela membagikan ilmunya melalui channel youtube Sang Peracik Jamu. Bagi sebagian orang, baik yang pernah sembuh melalui racikan jamunya, atau kalangan akademisi pendidikan kesehatan di Indonesia, nama Sidiq Raharjo sudah tidak asing.

Saat ditemui di acara peluncuran channel sang peracik jamu, Sidiq mengaku awalnya berat untuk melepas berbagai ilmu dari tanaman obat yang dia pelajari puluhan tahun. Karena ilmu yang didapatnya membutuhkan perjuangan yang sangat berat. Tidak hanya khasiat dari tanaman obat, namun banyak nilai budaya hingga petunjuk dari tanda Yang Maha Kuasa berikan pada tanaman obat, yang harus Ia pelajari. Sidiq memberikan contoh, tanaman Putri Malu yang memiliki nama latin Mimosa pudica Linn, yang kalau tersentuh daunnya kemudian menutup dengan sendirinya. Ternyata itu adalah tanda-tanda dari Tuhan, bahwa tanaman itu ampuh untuk menyembuhkan penyakit insomnia atau sulit tidur. Dan masih ribuan tanaman lain yang memiliki tanda-tanda khusus pula dengan khasiat yang berbeda. Dari sisi budaya, para peracik tanaman obat juga menggunakan ukuran tertentu untuk mengobati mereka yang sakit. Ukuran yang digunakan juga berbeda, seperti misalnya : sak genggem (satu genggam), sak driji (satu ruas jari), sak jumput (satu jimpit) dan lain sebagainya.

Dirinya berharap munculnya channel sang peracik jamu, akan semakin banyak orang melestarikan tanaman obat Indonesia yang jumlahnya ratusan ribu jenis. Selain itu, bagi mereka yang memiliki penyakit tertentu dan ingin menyembuhkan sendiri, dapat belajar dari seri video yang di upload. Terakhir, Sidiq berpesan bahwa pemeriksaan kesehatan di laboratorium terhadap sebuah penyakit sangat penting untuk dilakukan, sehingga jenis penyakit yang diderita bisa diketahui dengan pasti. Selanjutnya, racikan tanaman obat dapat sesuai dengan penyakit yang akan disembuhkan. Karena saking banyaknya jenis tanaman obat, maka seorang peracik seperti dirinya harus menentukan tanaman apa yang sesuai untuk level penyakit yang diderita, berdasar dari cek laboratorium si sakit. 

Ikut mangayubagya hadirnya channel sang peracik jamu. Semoga ikut menjaga kesehatan warga Indonesia dan menjadi inspirasi untuk menjaga kekayaan tanaman obat nusantara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline