Lihat ke Halaman Asli

Senandung Kenangan

Diperbarui: 1 November 2021   10:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan Dan Kenangan
Hujan Pertama Di Bulan Juni
Malam ini hujan turun
Dengan segala tetesan kenangan yang jatuh
Membasahi rumah hati dengan segala isinya
Atap yang bocor tidak bisa mengisi hati yang kosong
Sepi merayap hati
Menggugah jiwa untuk merenung.
Jhony, Juni 2020


Malam ini hujan datang, bersama tetesan kenangan yang jatuh.  Sang dewi hujan menyampaikan pesan, pertanda kenangan muncul dipikiran seorang. Tetesan dari air hujan yang jatuh membasahi wajah. Perihnya tidak tertara. Aku harus menutup jendela. lalu kupandangi hujan turun. Ditemani secangkir kopi hitam menambah asiknya malam ini. Dengan indah aku melihat dua sejoli sedang memicu asmara dibawah derasnya air hujun turun. 

Mengingatkanku pada sosok perempuan yang pernah ada di hati. Tidak ada kata selain mengingat masa lalu, masa dimana sebuah kenangan terukir dalam hidup, membawa cerita kuning, hitam, biru, putih.


Hujan memang adalah hal menarik untuk merenung, mengulas kembali kenangan. Seperti yang aku rasakan pada malam ini, dengan adanya hujan membuatku teringat pada sosok perempuan yang istimewah waktu itu.  Namun hal itu tidak bisa kupaksa untuk terus bersama perihal tuhan telah memilih takdir lain aku dan dirinya. 

Hujan pertama di bulan ini sangat lah berbeda atau mungkin hanya perasaanku saja, yang telah melihat dua sejoli sehingga membuat pikiranku berputar kembali pada masa lalu. Di saat aku mengenal seorang perempuan itu.
Pagi adalah sebuah ruang yang dinanti oleh mahluk lain untuk melanjutkan kehidupan dengan semangat baru, hari kemarin adalah masa lalu. Hari ini adalah sebuah proses membuat masa lalu, hari yang akan datang adalah rintangan dan tangtangan untuk kita. Menyusuri pagi dengan kabut yang masih tebal mebuat dingin merasuk jiwa. Motor terus menyusiri jalan menuju tempat yang di tuju, melihat banyak orang yang berlalu lalang memulai aktivitasnya di pagi ini. Di sebelah kiri jalan ada seorang nenek yang menjual serabi, samping kanan jalan ada seorang bapak-bapak yang mengayuh sepedanya dengan santai. Tak lepas dari penglihatanku banyak gedung-gedung pencakar langit yang membuat iri. Tiba di sekolah, kuparkirkan motor.

 Kemudian berjalan menuju kantin untuk sarapan bubur. "Meninggalkan sekolah satu hari saja, mebuat rindu pada buburnya bi eem". Batinku dengan terus berjalan lewati sebuah lorong-lorong kelas yang sudah mulai ramai.

"hey jon, lo udah liat anak baru belum ?" Tanya ferdi sambil menepuk pundakku dari belakang. "belum liat tuh". Jawabku  yang sedang memakan bubur di kantin. "haduuh payah, katanya sih cantik". "lah lo juga bilang (katanya), berarti belum tau dia cantik apa kagak". Jawabku dengan memukul pelan kepalanya."hahah, iya ya engga usah mukul juga kali". Sambung ya. Beberapa menit kemudian dikantin hening sejenak, semua mata melirik kepada perempuan yang melintas disamping kiri meja makan yang aku tempati. 

Ferdi melamun hingga kedua bola mata tidak bisa terpenjam. Mungkin karena pikiran yang terlalu fokus kepada suatu objek, sehingga mata tidak bisa merem. "wwooyyyyyyyyyy".  Seruku mengagetkan lamunan Ferdi." Kaget pea, lo tau gak perempuan tadi jon. Gue baru pertama liat ?" . "gue juga baru pertama liat, apa jangan-jangan dia anak baru yang lo ceritain". 

Sambil aku melirik jam yang ada pada dingding kantin. " bisa jadi, tapi sumpeh cantik bangetnya". Tttttttttteeeeeeeeeeeeeeetttttttttttttt .... .... ... ... tttttttteeeeeeeeeeeeetttttttt. Suara bel masuk telah berbunyi menutup percakapan aku dan temanku.Sehingga kami pun harus masuk kelas masing-masing. Pelajaran pertama pak Subur,  dia galak seperti singa sedang mencari mangsa ketika ada seorang murid yang telat. Kelas kami berdua berbeda aku IPS 2, sedangkan Ferdi IPS 1.


Sampai di kelas ternyata anak baru itu telah duduk disamping tempat dudukku. Tak penah terbanyangkan ketika aku melihatnya lebih dekat. Ternyata memang benar yang dikatakan Ferdi, cantik. "hey kenalin nama gue Elsa". Katanya sambil mengulurkan tangan. "oh aku Jhony". Jawabku dengan gugup sambil menerima jabatan tangannya. Perkenalan yang amat biasa tapi berkesan. Wajah yang lugu, senyumnya yang tipis, tahi lalat sebelah kiri hidung yang mempesona. Saat perkenalan tangan bergetar, jatung berdebar sebelumnya tidak pernah kurasakan hal seperti ini.  Kelas ramai menjadi hening ketika pak subur datang. Perihal aku baru tau ada anak baru yang masuk, karena pada hari kemarin aku tidak masuk.


Dua minggu setelah itu aku menulis puisi tentangnya. Tidak sengaja Dia melihat puisi tersebut,aku masih ingat dia melihatnya di buku geografi.  Namun dengan ceroboh, ada nama Elsa di atas buku sebalah kanan  dari puisi tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline