Olimpiade Paris 2024 resmi ditutup. Kontingen Indonesia yang berkekuatan 29 atlet dan turun di 12 cabang olahraga, mampu meraih hasil akhir sebanyak 2 emas dan 1 perunggu.
Prestasi 2 emas kali ini sebenarnya menyamai raihan bersejarah 32 tahun lalu, terakhir kali Indonesia meraih 2 emas melalui Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma.
Sayangnya, kegemilangan tim Indonesia di Paris, kurang mendapat apresiasi semestinya. Entah mengapa masih banyak komentar miring yang dengan entengnya meluncur di media sosial, bahkan di media mainstream sekalipun.
Media sekelas Metro TV bahkan sempat blunder dengan menyebut medali perunggu yang diraih Gregoria Mariska Tunjung sebagai medali giveaway. Meskipun sudaf meminta maaf, hal ini menjadi indikasi bahwa masih ada saja yang masih meremehkan capaian sesama anak bangsa sendiri.
Kejadian mundurnya Carolina Marin dari Spanyol yang berimbas perunggu diraih Jorji tanpa harus bertanding, tidak mengikis sedikitpun kepantasan seorang Gregoria Mariska Tunjung untuk meraih medali. Maka, nyinyiran medali "giveaway" tidak pantas dilontarkan siapapun.
Soal komentar negatif dan nyinyir terhadap prestasi Indonesia di Olimpiade Paris 2024, sudah terdengar bahkan sebelum Jorji meraih perunggu. Baik lewat ketikan di medsos, maupun ucapan secara langsung.
"Payah! Kalah semua, nggak becus pada!"
Ucapan tersebut meluncur dengan entengnya dari mulut seorang kawan saya, sembari menatap layar ponsel yang menampilkan table klasemen sementara perolehan medali.
Saat itu Indonesia memang masih nol medali, ditambah kekalahan beruntun para atlet bulutangkis kita yang menjadi andalan.