Kereta Commuter Line dari arah Bekasi akhirnya terlihat batang hidungnya setelah penantian beberapa menit. Kereta tersebut masuk menuju peron jalur 2 di Stasiun Manggarai, menghampiri para penumpang yang sudah berjubel menanti di bibir peron.
Pagi itu, sekitar jam 8, termasuk waktu yang krusial bagi para penumpang yang rata-rata adalah pekerja kantoran. Jika tak terangkut kereta itu, bisa jadi mereka akan terlambat sampai di tempat kerja.
Sesaat kereta berhenti dan membuka pintu-pintu, penumpang di peron membentuk barisan agar aliran penumpang yang keluar dari kereta bisa lancar.
Waktu sekitar 10-15 detik biasanya cukup digunakan para penumpang yang turun. Setelah itu gantian para penumpang yang merangsek masuk ke dalam kereta. Berjejal sampai padat sepadatnya manusia di dalam kereta.
Saya menjadi satu di antara manusia-manusia yang merangsek masuk tadi. Padahal tujuan saya hanya satu stasiun setelah Manggarai, yaitu Stasiun Sudirman.
Namun, semenjak Stasiun Manggarai berubah wajah, rute langsung dari Bogor ke arah Sudirman telah tiada. Walhasil, berjuang dan bersaing saat transit ganti kereta kian menjadi sesuatu hal yang biasa bagi saya.
"Duuh, maaf saya mau turun, saya mau keluar!"
Tiba-tiba saja ada suara seorang ibu tak jauh dari saya berdiri. Rupanya ia hendak turun di Stasiun Manggarai, tapi terlambat, penumpang yang baru saja naik terlanjur memenuhi kereta.
"Gimana dong ini, tolong saya mau turun," pintanya mengiba.
Beberapa detik lagi pintu kereta akan ditutup dan hampir mustahil menyibak kepadatan penumpang yang baru saja naik. Terlebih, posisi ibu itu berada di tengah dan terjepit kepadatan, lumayan effort untuk bisa bergerak menuju pintu keluar.