Penumpang KRL Commuter Line khususnya lintas Bogor dan Bekasi, kembali diuji kesabarannya. Sejumlah perjalanan KRL pagi ini, Kamis, 4 Mei 2023 mengalami keterlambatan.
Saya yang menumpangi KRL lintas Bogor, pagi ini merasakan kereta beberapa kali berhenti rata-rata 5-10 menit mulai menjelang Stasiun Tanjung Barat. Demikian pula selepas Stasiun Pasar Minggu Baru, Cawang hingga Tebet.
Total keterlambatan sekitar 30 menitan di jam sibuk saat orang-orang berangkat kerja adalah sebuah mimpi buruk yang terulang. Sudah lelah berjejalan di perjalanan, siap-siap pula kena risiko ditegur bos, disindir rekan kerja hingga kena potongan penghasilan.
Bertambah apes pula tatkala AC atau pendingin di dalam kereta bekas impor Jepang yang seolah kalah dengan cuaca yang memang tengah panas-panasnya. Maka pemandangan peluh bercucuran di wajah-wajah penumpang menjadi kian menegaskan arti sebuah ungkapan "pergi bekerja memeras keringat."
"Selamat pagi, kami mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Sehubungan dampak adanya kepadatan di lintas menyebabkan pergantian jalur di Stasiun Gambir & Jakarta Kota dengan KA Jarak Jauh, sehingga perjalanan Commuterline mengalami selisih waktu dari jadwal yang ditentukan," demikian pernyataan resmi akun twitter @CommuterLine menanggapi protes para penumpang.
Kalimat yang sangat familiar bagi penumpang setia KRL. Kalimat rasa "template" ini sudah digunakan selama bertahun-tahun jika ada keterlambatan yang diakibatkan molornya jadwal KA jarak jauh.
"Kami senantiasa berupaya agar setiap perjalanan KA bisa tepat waktu dengan berkoordinasi bersama Daop 1 Jakarta selaku pengendalian operasional perjalanan KA untuk tetap menjaga kelancaran. Terima kasih."
Nah, rupanya pihak operator KRL tak rela juga seorang diri disalahkan penumpang. Persoalan molornya jadwal KA jarak jauh ini memang seharusnya terus dievaluasi dan dicarikan solusi karena kerap terjadi khususnya usai musim libur panjang.
Ketika ada KA jarak jauh datang kesiangan, maka potensi berbenturan dengan jam sibuk KRL Commuter Line di ibu kota bakal tak terelakkan lagi. Alhasil, kesiangan berjamaah lah yang terjadi, karena pekerja ibu kota teramat sangat membutuhkan moda transportasi ini untuk selalu tepat waktu.