Siapa sih yang nggak ngiler melihat segarnya minuman es teler, es campur, es kelapa muda hingga kolak untuk sajian berbuka?
Pastilah nikmat untuk berbuka. Tapi pada akhirnya bagi saya, segelas teh panas manis adalah juaranya.
Cukup satu seruput dua seruput ketika azan Maghrib berkumandang, hilanglah dahaga seharian. Nikmatnya sungguh paripurna dan syahdu, cocok dengan suasana Ramadan.
Menciptakan racikan teh panas yang nimat untuk berbuka puasa sebenarnya tak terlalu susah. Teh "nasgitel" alias panas, legi (manis), dan kentel (kental), adalah istilah populer di daerah seputaran Jawa Tengah dan Jogja untuk menyebut sajian teh panas yang nikmatnya khas.
Teh "nasgitel" banyak dijumpai di angkringan nasi kucing dan warung-warung nasi. Terkadang menjadi misteri bagi pembeli bagaimana menciptakan teh senikmat itu di rumah sendiri. Teh celup saja jelas tidak bisa mengimbangi cita rasa khas teh ala angkringan dan warungan.
Nah, daripada penasaran, saya kasih sedikit bocoran soal meracik teh agar menjelma jadi "nasgitel".
Kuncinya ada pada daun teh aroma melati yang bisa dibeli di toko kelontong atau minimarket terdekat. Minimal 3 merk teh harus dicampur atau dioplos. Tak heran jika teh ini sering pula disebut teh oplosan, khususnya di daerah Solo dan sekitarnya.
Teh oplosan dimasukkan ke dalam air mendidih yang direbus langsung di kompor. Takaran air untuk dua sendok makan teh oplosan kira-kira untuk dua gelas ukuran standar.
Setelah mendidih dan berwarna merah, tuangkan pada teko dan diamkan sejenak. Teko ini sekaligus berfungsi semacam saringan agar daun teh tak ikut masuk ke dalam gelas ketika dituangkan.
Karena untuk berbuka perlu yang manis-manis, jangan lupa campurkan gula pasir sesuai selera.