Lihat ke Halaman Asli

Widi Kurniawan

TERVERIFIKASI

Pegawai

"Lho, Kok Ayah Nggak Pergi Tarawih?"

Diperbarui: 1 April 2023   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: unsplash.com/herhy Ad

Siapa bilang puasa di bulan Ramadan selalu sama setiap tahunnya? Setidaknya buat saya, tantangannya selalu berbeda.

Dulu waktu kecil, saya kerap dihadapkan tantangan melawan lambatnya jarum jam berdetik menuju waktu Maghrib. Juga ada masa ketika saya menemukan hobi baru berupa tidur siang sampai sore menjelang berbuka. Seolah puasa hanyalah momen menunggu berbuka semata.

Tiba masa remaja, beda pula situasinya. Kemudian masa ngekos sendiri lepas dari pengawasan orangtua, juga beda. Itulah masa ketika untuk makan sahur harus keluar rumah dan berjalan kaki menuju warung makan yang buka.

Tahun pun berlalu, tiba-tiba saja sudah ada istri dan dua orang anak menemani berpuasa Ramadan. Waktu seolah berlari demikian cepat.

Sebagai kepala keluarga tentu saja saya memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan ketika masih lajang. Puasa Ramadan tak lagi ibadah untuk diri sendiri, melainkan bagaimana menjadi teladan bagi istri dan tentu saja contoh bagi anak-anak yang baru mulai belajar makna puasa.

Meskipun saya sendiri harus mengakui masih banyak kekurangan dan perlu banyak belajar, tetapi saat ini ada dua anak kecil yang harus dibimbing dalam berpuasa.

"Lho, kok Ayah nggak pergi tarawih?" pertanyaan dari si kecil ini pernah terlontar suatu ketika, seingat saya sekitar tahun lalu atau sebelumnya.

Saya tidak ingat persis kenapa saya tidak pergi tarawih ke mushola saat itu. Tapi diingatkan oleh anak kecil adalah sebenar-benarnya cambuk. Seharusnya, saya lah yang justru mengajaknya tarawih bersama.

Seperti itulah situasinya, terkadang sebagai orangtua kita menginginkan anak-anak yang soleh dan solehah yang rajin beribadah, tetapi justru secuil kemalasan kita bisa saja jadi hal yang akan dicontohnya. Pada akhirnya, instropeksi diri menjadi sangat penting.

Umumnya, anak-anak di Indonesia belajar berpuasa di bulan Ramadan dengan bertahap. Ketika duduk di bangku taman kanak-kanak biasanya diajari puasa setengah hari. Boleh makan ketika azan Dhuhur berkumandang, setelah itu puasa lagi sampai Maghrib. Metode ini juga saya terapkan pada anak-anak saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline