Perhelatan Piala Dunia 2022 di Qatar secara jam tayang memang cukup bersahabat dengan waktu di Indonesia. Beberapa pertandingan kick-off jam 17.00 WIB, seperti laga Arab Saudi versus Argentina dan Swiss versus Kamerun.
Demikian pula yang tayang di jam prime time yang lumrah diisi tayangan sinetron, ada laga seru Jepang ketika membekuk Jerman dan Korea Selatan melawan Uruguay. Laga-laga tersebut disiarkan langsung jam 20.00 WIB.
Enaknya sih orang-orang Indonesia tak perlu banyak begadang. Tapi bagi tipe pekerja pulang sore cenderung malam seperti saya ini justru agak tidak menguntungkan.
Seperti saat Arab Saudi menekuk Argentina, Selasa lalu, saya bahkan masih belum selesai meeting di suatu tempat. Tahu-tahu dikabari teman jika Messi dan kawan-kawan harus meringis karena kalah tragis 1-2.
Sehari berikutnya, saya terpaksa menonton pertandingan Maroko melawan Kroasia dalam perjalanan pulang ke rumah menggunakan KRL Commuter Line. Kick-off jam 17.00 WIB, saya baru sempat membuka layar ponsel setelah 18 menit berlalu.
Inilah salah satu gunanya langganan streaming edisi khusus Piala Dunia Qatar 2022. Sewaktu-waktu di manapun bisa buka layar ponsel untuk nonton. Ya, era telah berubah dan berkembang, zaman dulu kalau nonton bola sudah pasti identik dengan nongkrong di depan televisi. Sekarang bisa di manapun sepanjang ada sinyal dan kuota tentunya.
Hanya saja karena nontonnya sambil berdiri di tengah kepadatan penumpang KRL, dan laju kereta yang cukup cepat, kenikmatan menonton jelas terganggu oleh pergerakan sesama penumpang dan sinyal yang putus nyambung.
Lagi seru-serunya Achraf Hakimi lagi dapat bola dan hendak menyerang, eh sinyalnya malah muter-muter. Demikian pula saat pemain depan Kroasia menembak ke arah gawang, tahu-tahu gambarnya nge-lag dan beberapa detik kemudian terlihat kiper Maroko wajahnya tengah di-close up.
Lah kirain tadi gol. Bahkan penumpang di sebelah saya yang numpang nonton ikut-ikutan gemas.