Kata siapa pandemi virus corona sudah berakhir? Walau orang-orang mulai cuek dan justru tertawa jika diingatkan bahwa pandemi belum selesai, tapi faktanya memang masih banyak orang yang jadi korban virus laknat itu.
Program vaksinasi sejauh ini menjadi salah satu faktor yang dinilai mampu mengerem laju virus antagonis itu.
Masifnya penyuntikan vaksin terhadap masyarakat dinilai berhasil meningkatkan kekebalan kelompok masyarakat.
Walau dengan catatan sebagian orang merasa terpaksa divaksin demi kemudahan untuk mengakses fasilitas publik. Tapi kebijakan yang diambil pemerintah buktinya telah berhasil mendorong jumlah anggota masyarakat yang menerima vaksin.
Setelah sukses mendapatkan dua kali vaksin Sinovac, Kamis lalu saya mendapat kesempatan untuk mendapat vaksinasi ketiga atau booster. Syarat utamanya adalah telah dua kali vaksin dan mendapatkan tiket yang bisa dilihat pada aplikasi PeduliLindungi.
Jika tiket tersebut belum muncul, mungkin disebabkan faktor belum memenuhi syarat jangka waktu 6 bulan setelah vaksin kedua.
Untuk vaksinasi ketiga ini saya justru sempat dibuat ketar-ketir oleh info berseliweran yang mengatakan bahwa efeknya bakal lebih dahsyat dibandingkan dua kali suntikan sebelumnya.
Yah, minimal sih otot tangan terasa nyeri di bekas suntikan. Ada pula yang mengaku ngantuk dan migrain. Ada pula yang mengatakan sempat tepar selama beberapa hari.
Namun karena timbul keyakinan dalam diri sendiri bahwa vaksin booster ini memang penting, saya pun berusaha tetap percaya diri bahwa tidak bakalan ada efek samping yang parah terhadap diri sendiri. Toh, di dua vaksinasi awal, saya juga tidak merasakan efek apapun, kecuali terasa bak digigit semut.
Jelang vaksinasi itu saya sebenarnya tidak menyiapkan diri secara khusus karena masih disibukkan pekerjaan yang mendesak. Maka jika seharusnya saya harus tidur cukup, hari itu terpaksa tidak bisa saya penuhi.