Saat pertama kali mendengar istilah "gross motor skill" dari salah seorang guru di sekolah anak saya, semula saya merasa aneh. Apa pula "gross motor skill" ini? Apa semacam ketrampilan naik sepeda motor sambil bawa barang gitu?
Oh ternyata bukan.
Ternyata bahasa Indonesianya adalah ketrampilan motorik kasar. Jadi kurang lebihnya gross motor skill ini kemampuan koordinasi gerak anggota tubuh, terutama tangan dan kaki. Bagian otot besar dalam tubuh kita diajak bergerak, bersamaan dengan fokus.
Untuk anak usia balita, gross motor skill ini penting banget. Motorik kasarnya memang harus terus dilatih sehingga memiliki kemampuan berdiri, berjalan, berlari, merangkak, melempar hingga menangkap sesuatu.
Nah, meski di bulan Ramadan, melakukan aktivitas fisik bagi saya bukanlah suatu masalah. Terutama di sore hari, berolahraga menjaga stamina bersama anak, sekaligus melatih kemampuan motoriknya adalah kegiatan yang menyenangkan.
Tentu pilihannya adalah olahraga ringan disertai permainan. Anak bontot saya yang masih berumur 4 tahun rupanya cukup senang dengan menu latihan yang saya berikan.
Latihan pertama adalah bermain engklek alias ingkling atau sudamanda. Mungkin di daerah anda beda pula sebutannya. Permainan ini hanya bermodalkan kapur untuk menggambar kotak-kotak di jalanan, dan juga batu kerikil untuk dilempar ke kotak.
Pemain engklek harus lompat menggunakan satu kaki dari satu kotak ke kotak lainnya tanpa menyentuh garis yang dibuat. Pas ketemu kerikil yang tadi dilempar, si pemain harus mengambilnya menggunakan satu kaki dan satu tangan. Macam gaya kalajengking gitu lah.
Dari variasi gerakan dalam permainan engklek jelas dapat melatih gross motor skill anak. Permainan ini walau jadul dan murah, ternyata manfaatnya besar sekali. Selain menyenangkan, kemampuan fisik anak akan meningkat jika kerap memainkan engklek.
"Gantian dong, sekarang Ayah yang main!" seru anak saya.
Well, demi menyenangkan hati anak sekaligus mencari keringat sore di bulan puasa, saya pun menurutinya. Tuk, wak, gak, pat, lompat.