Lihat ke Halaman Asli

Widi Kurniawan

TERVERIFIKASI

Pegawai

Sahur, Pilih Dibangunkan atau Bangun Sendiri?

Diperbarui: 5 Juni 2018   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Kompas.com/Syahrul Munir

Sahur merupakan waktu yang krusial dalam Ramadan. Bayangkan, jika saja kita telat bangun. Tahu-tahu sudah jam 5 pagi, nyesek banget tuh rasanya.

Penyesalan datang saat telat bangun. Apalagi kalau sebelumnya diiringi proses berulang kali mematikan alarm di ponsel.

Sebelum era alarm ponsel, tradisi membangunkan sahur oleh warga, terutama anak-anak muda, sudah membudaya hingga pelosok negeri. Saya yang berpindah-pindah tempat tinggal sejak kecil, masih teringat bahwa ada kesamaan saat membangunkan orang untuk bangun. Yakni sama-sama mengucapkan kata: "sahur, sahur...!".

Ya iyalah, mana mungkin mereka bilang: "buka! buka...!"

Persamaan lainnya adalah terdapat bunyi-bunyian agar semakin ramai sehingga orang terbangun. Dulu semasa saya kecil dan masih tinggal di daerah Temanggung, alat yang diandalkan adalah kentongan. Hanya saja mukulnya tidak seperti ada kebakaran, tapi berirama "klotekan" sehingga enak didengar.

Saat di Depok beda lagi, malah pakai drum yang juga dipakai suporter bola. Ya kali pertandingan bola lagi libur puasa, maka anak-anak muda itu menyalurkan bakatnya untuk membangunkan orang sahur. Bagi yang mereka kenal, maka dipanggillah nama-nama anak penghuni rumah agar bangun sahur.

"Sahur! Sahur! Iqbal ayo bangun, sahur Bal!"

Nama yang dipanggil tentu saja nama sebayanya, bukan nama bapak atau ibunya seperti "Bang, Bambang! Bangun Bang!" Mungkin ini hanya masalah etika saja, lebih enak memanggil nama Iqbal anaknya Pak Bambang.

Beda lagi di daerah Citayam yang notabene Depok pinggiran ke arah Bogor. Di lingkungan ini ada seorang imam masjid yang selalu rajin membangunkan orang-orang untuk bangun sahur. Beliau melakukannya melalui pengeras suara masjid sejak jam 02.30. Dengan suara khasnya, serak-serak merdu, ia melakukan wiridan dan sesekali mengingatkan warga bahwa sudah saatnya bangun sahur. Semakin dekat imsak, semakin keras pula suara beliau.

Kini saya merasakan puasa Ramadan pertama kali di daerah yang mendekati Cibinong, Bogor. Awal puasa di pekan pertama, terdengar suara gaduh anak-anak muda membangunkan sahur. Bedanya mereka menggunakan sepeda motor.

"Brmmm! Brmmm! Sahuuur! Brmmm! Sahuur!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline