Lihat ke Halaman Asli

Widi Kurniawan

TERVERIFIKASI

Pegawai

Perlukah Mendidik Anak Berpuasa dengan Mitos?

Diperbarui: 2 Juni 2018   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: pexels.com

Suatu ketika ada anak kira-kira berusia 7 atau 8 tahunan menangis saat puasa. Dia meraung-raung dan di sekitarnya banyak orang yang melihat. Ibunya mencoba menenangkan si anak dengan kata-kata yang terdengar familiar.

"Diem ah! Jangan nangis! Batal lho puasanya," ucap si ibu.

Yups, bisa jadi anda-anda sekalian yang sedang membaca tulisan ini pun pada masa kecilnya pernah diberikan ultimatum seperti ini. Jangankan sampeyan, wong dulu masa kecil saya juga begitu. Bertahun-tahun lamanya tumbuh pemahaman bahwa saat puasa tidak boleh nangis, karena bisa membatalkan puasa.

Bahkan sampai remaja pun, sekitar masa SMA, masih punya pemikiran seperti itu. Kalau nangis batal puasanya, dan bukti terkuat terletak pada air mata yang keluar. Maka, pada masa itu, sebagai remaja labil yang punya perasaan (cieeh...), saya nangisnya dalam hati saja. Kan nggak keluar air mata, jadi nggak batal dong.

Selain nangis, marah juga dikatakan sebagai penyebab batalnya puasa. Kalau ada anak kecil berantem, yang satu nangis dan yang lainnya terlihat marah, maka orang tua yang bertindak sebagai wasit langsung mengeluarkan kata-kata sakti.

"Sudah makan sana! Batal puasa kalian, puasa itu nggak boleh nangis dan marah, sana ambil minum lalu makan nasi, nggak usah pakai lauk, belum matang!"

Nah lho, kalau emak-emak sudah berbicara seperti itu ciut deh nyali anak-anak. Untungnya tidak ada yang membalikkan kata-kata si emak.

"Tuh, emak juga marah, berarti batal juga dong puasanya."

Informasi yang tidak benar yang disampaikan kepada anak-anak tentu benar-benar harus diperhitungkan. Mitos-mitos tentang hal-hal yang membatalkan puasa tersebut bisa dianggap sebagai fakta atau kebenaran dan dibawa sampai dewasa.

Lain cerita jika saat nangis atau marah, sambil ngemil bakwan.

"Apaan sih ini bakwan, kagak ada rasanya?! Beli di mana sih?! Ayo katakan Alfredo!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline