Lihat ke Halaman Asli

Widi Kurniawan

TERVERIFIKASI

Pegawai

Yakin Mau Beli Rusun di Dekat Stasiun?

Diperbarui: 8 Mei 2018   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana dalam KRL Commuterline pada jam sibuk (foto by widikurniawan)

Membaca ulasan Harian Kompas, Senin, 7 Mei 2018 berjudul "Menyusun Rusun di Stasiun", menggelitik saya sebagai salah satu pengguna transportasi KRL Commuter Line. Laporan Kompas mengklaim bahwa jauh-jauh hari penjualan rumah susun (rusun) di Stasiun Tanjung Barat, Jakarta Selatan laris diburu peminat.

Stasiun Tanjung Barat menjadi salah satu lokasi yang dipilih Perum Perumnas untuk membangun rusun yang mengutamakan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebagai konsumennya. Lokasi lainnya ada Stasiun Rawa Buntu dan Pondok Cina. Sementara sejumlah BUMN mitra lainnya memilih lokasi antara lain Stasiun Manggarai, Cisauk, Pasar Senen, Tanah Abang, Juanda, Bogor, Jurangmangu hingga Bekasi.

Penargetan lokasi stasiun ini jelas ada kaitannya dengan moda transportasi massal KRL Commuter Line yang semakin menjadi pilihan. Konon dalam tiga tahun terakhir rata-rata penumpang KRL naik sekitar 40%. Adanya rusun di stasiun, tampaknya PT KAI dan anak cabangnya, yakni PT KAI Commuter Indonesia (KCI) sebagai operator, masih sangat bernafsu menambah jumlah penumpang.

Teori di atas kertas maupun di layar presentasi memang sangat menjanjikan dan merupakan ide yang brilian ketika hunian terintegrasi dengan transportasi massal sehingga ujung-ujungnya mobilitas masyarakat akan lebih mudah, cepat serta murah.

Laporan Harian Kompas mengenai Rusun di Stasiun (dok. widikurniawan)

Tapi apa benar begitu keadaannya?

Saya justru kasihan dengan masyarakat yang telah memesan unit rusun dan berharap banyak dengan moda KRL Commuter Line. Jika masyarakat penghuni rusun itu juga merupakan pekerja di ibu kota dan memiliki jam kerja seperti kebanyakan orang yakni masuk kerja antara jam 7-8 pagi dan jam pulang mulai jam 16.30, maka patut disayangkan pilihan hunian di Stasiun Tanjung Barat dan Pondok Cina. 

Kali ini saya akan fokus pada dua stasiun itu, Tanjung Barat dan Pondok Cina, karena tiap hari sebagai pengguna KRL Commuter Line, saya melewati kedua stasiun ini.

Jika rusun telah terbangun di kedua stasiun itu, maka terdapat tambahan ribuan penumpang potensial yang akan menyesaki peron tiap harinya pada jam sibuk, terutama pagi hari mulai pukul 05.00 hingga 08.00 WIB. Bakal terangkutkah mereka dengan moda KRL Commuter Line saat ini?

Well, saya kok ragu.

Sebagai gambaran, setahun yang lalu saya masih setia naik KRL dari Stasiun Citayam dan masih terasa longgar. Kini, saya harus naik dari Stasiun Bojonggede (satu stasiun lebih awal dari Citayam) dan kondisinya sudah banyak perjuangan untuk bersaing masuk ke dalam kereta. Begitu kereta saya masuk ke Citayam, tampaklah wajah-wajah "panik" yang harus memaksakan diri agar bisa naik KRL.

Belum lagi dari Citayam, KRL akan singgah di Stasiun Depok, Depok Lama, Pondok Cina, Universitas Indonesia, Universitas Pancasila, Lenteng Agung baru masuk ke Tanjung Barat. Semakin dekat ke arah Jakarta, maka semakin susah pula penumpang di stasiun untuk naik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline