Lihat ke Halaman Asli

Widi Kurniawan

TERVERIFIKASI

Pegawai

Perlukah Bensin Premium Dihapus?

Diperbarui: 6 Februari 2018   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Kompas.com/Rony Ariyanto Nugroho

Beberapa waktu lalu saat saya menumpang sebuah kendaraan sewa berbasis aplikasi online, dalam perjalanan si sopir meminta izin untuk singgah guna mengisi bahan bakar di sebuah SPBU.

"Cuma di sini mas yang selalu ada kalau mau isi Premium, tempat lain mah susah, habis mulu..." ucap pak sopir.

Saya sedikit terhenyak. Kendaraan yang saya tumpangi tersebut termasuk keluaran baru, dan berdasarkan tipenya seharusnya tidak diisi dengan Premium yang memiliki RON di angka 88.

"Lho Pak, kok diisi Premium?" tanya saya.

"Biarin lah Mas, bukan mobil saya ini, kalau mesin jadi nggak awet itu urusan bos saya, urusan saya cuma nggak nombok aja tiap hari," jelasnya.

Saya hanya bisa manggut-manggut mencoba maklum mendengarnya. Inilah bedanya sopir angkutan online yang jadi anak buah pemilik kendaraan dengan sopir yang benar-benar sebagai pemilik kendaraan tersebut. Mereka terkadang tidak peduli jika bahan bakar yang tidak sesuai dengan spesifikasi mesin justru akan membuat mesin mudah rusak. Lebih jauh lagi, sopir jenis ini tidak mau berpikir tentang dampak terhadap lingkungan.

Angkutan online rasa angkot rupanya. Di jalur antrean pengisian BBM Premium di SPBU tersebut, ada beberapa angkot yang sedang mengantre juga.

Melihat hal itu, saya sedikit bisa menarik kesimpulan bila Premium memang masih dibutuhkan bukan karena alasan teknis atau kualitasnya, melainkan karena semata harga murahnya. Harga murah yang bagi sebagian kalangan masyarakat dianggap sebagai "dewa penolong".

Padahal sebenarnya saat ini sudah terlihat kecenderungan peralihan konsumen BBM yang sudah mulai meninggalkan Premium. Munculnya Pertalite dengan RON 90 dan harga yang tidak berbeda jauh dari Premium, merupakan salah satu faktor mengapa Premium mulai ditinggalkan.

"Memangnya mobil ini pakai Premium terus Pak?" tanya saya.

"Ya nggak Mas, kalau nggak nemu Premium ya saya pakai Pertalite, cuma pas mumpung lewat sini ya saya seneng aja ngisi Premium, lumayan lah dapet selisih," ujar pak sopir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline