Lihat ke Halaman Asli

Widi Kurniawan

TERVERIFIKASI

Pegawai

Saat Kaum Laki Mendampingi Anaknya ke Playgroup

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1342055918253786484

[caption id="attachment_193721" align="aligncenter" width="512" caption="Suasana di playgorup (foto: widikurniawan)"][/caption] Mengantar anak ke sekolah, apalagi anak usia playgroup dan TK, biasanya menjadi domain kaum ibu. Kaum bapak paling banter nganterin sampai gerbang saja dengan mobil atau motornya. Sedangkan si anak tetap saja didampingi ibu, nenek atau pengasuhnya. Maklumlah, biasanya kaum bapak harus kerja, nyari duit hingga ke ujung dunia, mana sempat nungguin anaknya di playgroup atau TK? Sabtu (8/9) pagi, menjadi hari pertama saya sebagai seorang ayah untuk mengantar dan menunggu anak laki-laki saya yang belum genap umur 3 tahun untuk pergi bermain dan belajar di playgroup. Kalau sekedar mengantar dan meninggalkan anak bersama Bundanya sih biasa saya lakukan karena memang saya harus beraktivitas lain. Tapi kali ini istri saya mengeluh kurang sehat dan terpaksa saya harus menepikan gengsi serta menggulung lengan baju untuk full nganterin serta menunggu sepanjang kelas berlangsung. Toh, mumpung saya juga libur di hari Sabtu. Jreeng… seperti biasa, kaum perempuan mendominasi tugas nungguin anak ini. Pun hanya sedikit murid laki-laki yang tercatat di playgroup tersebut. Untung ada satu orang bapak muda juga yang seperti saya, berpenampilan simpel dengan kaos oblong dan celana jeans, tapi nenteng tas anak kecil berwarna imut. Emang nungguin saja apa susahnya sih? Oh, jangan dikira kita cuma bengong saja saudara-saudara. Anak-anak playgroup dengan rentang usia 2 - 4 tahun tingkahnya macam-macam. Pendamping dari keluarga mutlak diperlukan, buat jaga-jaga siapa tahu si anak ngambek nggak mau masuk kelas, nangis atau malah mem-bully temannya. Ternyata juga ada sesi khusus di mana pendamping anak (termasuk saya) harus ikut masuk ke kelas saat istirahat makan. Bekal makanan dan minuman dari rumah dikeluarkan untuk sesi makan bersama di dalam kelas, kalau belum bisa makan sendiri ya kita ini yang nyuapin, nyaamm… "Hayoo.. siapa yang buang angin nih?" tiba-tiba ibu guru bertanya. Semua celingak-celinguk dan saling pandang curiga. Siapa sih yang berani mengeluarkan 'gas berbahaya'? "Kalau mau buang air besar bilang ya Nak..." demikian instruksi ibu guru. Hmmm, ditilik dari jenis baunya kok lebih mirip 'gas' punya orang dewasa daripada milik anak kecil? Jangan-jangan... maling teriak maling nih (ihiks...). Dari pengalaman dua jam mendampingi anak di playgroup, setidaknya saya jadi tahu sendiri bagaimana aktivitas anak saya saat berinteraksi dengan guru dan teman-temannya. Jika anak saya ternyata belum bisa mengikuti jenis pembelajaran atau permainan yang diajarkan, tentu hal tersebut bisa pelan-pelan diajarkan di rumah juga. Semangat aktivitas di playgroup adalah untuk bermain dan belajar bersosialisasi, bukan untuk belajar yang berat-berat. Maka, menjadikan anak senang dan bahagia adalah tujuan yang diharapkan. Nah, sekarang saya jadi ingat sebuah iklan minuman di televisi. "Kalau lo laki minum ini..." sambil teriak dan angkat gelas, ototnya keluar semua. Wah, kalau versi saya, coba deh sekarang kalau merasa laki-laki cobain dulu nganterin anak kecil ke playgroup atau TK. Belum punya anak? Ya, bikin atau pinjem dulu anak tetangga, hehe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline