Lihat ke Halaman Asli

Widi Kurniawan

TERVERIFIKASI

Pegawai

Ahok, Mau Diapain Mpok Siti?

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14204702501471804515

[caption id="attachment_363318" align="aligncenter" width="384" caption="Warga antusias menunggu Mpok Siti di Bundaran HI (foto by widikurniawan)"][/caption]

Isu penghapusan bus wisata Jakarta atau City Tour Jakarta memang telah dibantah oleh Gubernur DKI, Basuki Purnama alias Ahok. Bus tingkat yang semula diharapkan mampu menjadi ikon Jakarta ini, menurut Ahok bakal dioperasikan menjadi CSR-nya PT TransJakarta. (sumber: detikcom, 5 Januari 2015).

Gubernur Ahok berjanji bus tersebut tetap bisa digunakan oleh warga secara gratis dengan beberapa perubahan, misalnya penggunaan tiket elektronik meski saldonya tidak didebet. Tentu saja dengan metode ini bakal ada perubahan mengenai halte titik pemberangkatan yang selama ini menggunakan halte biasa, kemungkinan besar bakal ada halte yang dilengkapi gate untuk tap kartu elektronik.

Gonjang-ganjing isu yang menerpa bus City Tour Jakarta yang akrab disebut warga dengan julukan Mpok Siti ini, kemudian ramai dibincangkan oleh netizen. Akun @CityTourJakarta kebanjiran dukungan dengan hashtag #SaveMpokSiti. Rata-rata warga mempertanyakan isu tentang penghapusan bus wisata dan ketika sudah diluruskan oleh Ahok pun muncul polemik baru tentang rencana dihapuskannya tour guide yang selama ini mendampingi para penumpang Mpok Siti.

Ahok yang suka ceplas-ceplos bilang di media bahwa keberadaan tour guide tersebut membuang-buang sumber daya. What? Komentar inilah yang menyentil saya untuk merasa perlu menuliskan pendapat saya. Apa betul sih Pak Ahok yang selama ini saya hormati benar-benar berkomentar demikian?

142047046998306615

Duh Pak, kali ini saya tidak setuju dengan wacana itu.

Beberapa bulan lalu saya sempat mencicipi Mpok Siti berkeliling. Berkat keberadaan para tour guide, perjalanan tersebut tidaklah hambar dan jelas lebih bermakna. Saya tidak bisa bayangkan jika tidak ada tour guide, lalu apa bedanya dengan naik bis biasa?

Berkat tour guide dari Dinas Pariwisata Jakarta, saya jadi tahu dan sadar keberadaan patung Hermes di atas jembatan di daerah Harmoni. Konon patung itu adalah lambang perdagangan, sesuai dengan nafas kawasan dagang di daerah Harmoni dan sekitarnya.

[caption id="attachment_363320" align="aligncenter" width="384" caption="Patung Hermes di Harmoni (foto by widikurniawan)"]

1420470617980299559

[/caption]

Jika naik angkot atau naik bis biasa, saya juga takkan tahu dan mau repot mencari tahu tentang patung Monumen Pembebasan Irian Barat yang terletak di tengah-tengah Lapangan Banteng. Tapi saat itu saya pun mengangguk-angguk karena pengetahuan saya bertambah secara gratis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline