Pendidikan menjadi salah satu kunci bagi pembangunan bangsa. Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya manusia ke arah yang lebih baik. Dengan adanya Pendidikan diharapkan mampu membentuk peserta didik yang dapat mengembangkan sikap, keterampilan dan kecerdasan intelektualnya serta karakter luhurnya.
Dalam rangkaian Historis Bangsa. Sejak masa memperjuangkan kemerdekaan dahulu, para tokoh pejuang telah menyadari bahwa pendidikan menjadi factor penting dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta membebaskannya dari belenggu penjajahan (sesuai dengan Alinea ke 4 UUD 1945). Mereka berpendapat bahwa disamping melalui organisasi politik, perjuangan ke arah kemerdekaan perlu dilakukan melalui jalur pendidikan.
Implementasi Pendidikan oleh pemerintah merembes pada sebuh fungsi yang kemudian dengannya pemerintah menyelenggarakan system Pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pemikiran Ki. Hajar Dewantara dalam Pendidikan
Sebagaiamana paparan sebelumnya. Nyatanya Para pendidik telah memainkan peranan yang amat signifikan dengan cara mendirikan lembaga pendidikan mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak, hingga Perguruan Tinggi. Di lembaga-lembaga pendidikan tersebut, mereka telah mengembangkan sistem dan pendekatan dalam proses belajar mengajar, visi dan misi yang harus diperjuangkan, kurikulum, bahan ajar berupa buku-buku, majalah, bahkan strategi mengajar yang efektif, dan tentu saja dengan fasilitas berupa Gedung-gendung tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan lengkap dengan sarana prasarananya, tradisi dan etos keilmuan yang dikembangkan, sumber dana dan kualitas lulusan yang dihasilkan.
Tokoh yang memiliki sumbangsih besar untuk kemajuan pendidikan di Indonesia dan mendapat gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional yaitu Ki. Hajar Dewantara, seorang aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesi, dan pelapor pendidikanbagi bangsa Indonesia. Secara biografi singkat Ki. Hajar Dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada 2 Mei 1889. Ia berasal dari lingkungan keluarga keraton, tepatnya pura Pakualaman, Yogyakarta. Ki. Hajar Dewantara merupakan cucu dari Sri Paku Alam III, sedangkan ayahnya bernama K.P.H. Suryaningrat dan Ibundanya bernama Raden Ayu Sandiyah yang merupakan buyut dari Nyai Ageng Serang. Adapun karya-karya Ki Hadjar Dewantara antara lain adalah: buku bagian pertama: tentang Pendidikan, buku bagian kedua: tentang Kebudayaan, buku bagian ketiga: tentang Politik dan Kemasyarakatan, buku bagian keempat: tentang Riwayat dan Perjuangan Hidup Penulis: Ki Hadjar Dewantara.1
Pemikiran cemerlang Ki. Hajar Dewantara telah memberikan banyak motivasi dan gagasan-gagasan baru bermunculan. Salah satunya pemikiran terkait Pendidikan sebagai tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, artinya pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Memanusiakan manusia. Mungkin konsep yang pas dalam ranah pergeraknnya. Mnausia yang merdeka merupakan tujuan Pendidikan Ki. Hajar Dewantara, merdeka yang baik secara fisi, mental dan kerohanian. Manusia merdeka adalah seseorang yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaanya dan yang mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang. Dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran, guru dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan mengelola komponen pengajaran. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah menguasai dan terampil menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar atau dalam rangka meningkatkan mutu Pendidikan. Sehingga dapat penulis klasifikasikan menjadi empat dimensi yaitu tujuan jasmani (al-ahdaf al-Jismiyyah), tujuan rohaniah (al-ahdaf al-ruhaniyyah), tujuan akal (al-ahdaf alaqliyah), tujuan sosial (al-ahdaf al-Ijtima'iyyah.hal ini berimbangdan menjadi integrasi dari adanya konsep Pendidikan Ki. Hajar Dewantara
" ing ngarso sung tuladho ....ing madya mangun karso...tut wuri handayani..."
Referensi Bacaan
Afnil. Guza, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-U - dang Guru dan Dosen) Jakarta; Asa Mandiri, 2009), hlm. 5
Darsiti. Soeratman. (1983/1984). Ki Hadjar Dewantara, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Darsiti Soeratman, Ki Hadjar Dewantara, (Jakarta: Departemen Pendid - kan dan Kebudayaan, 1983/1984), hlm. 171.