Apa sih BRICS itu, kok bisa bikin mata uang baru? Sebelumnya kita harus mengetahui tentang apa itu BRICS. BRICS adalah awalan huruf dari negara-negara anggotanya yang terdiri dari Brazil, Russia, India, China, dan South Africa (Afrika Selatan). Seorang ekonom yang berasal dari Inggris, yang merupakan mantan ketua Bank Investment Goldman Sachs Amerika Serikat. Beliau menyumbangkan pemikirannya untuk membentuk organisasi internasional dalam bidang keuangan, pada akhirnya di tahun 2001 lalu muncullah asosiasi ekonomi BRIC yang terdiri dari negara Brazil, Russia, India, dan China.
BRIC (nama sebelum South Africa (Afrika Selatan) bergabung) adalah kelompok negara-negara ekonomi berkembang yang bertujuan untuk mempromosikan kerja sama ekonomi dan politik. Pada 16 Juni 2009 BRIC resmi dikenal secara internasional dan pada saat itu juga mereka mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRIC yang pertama, yang berlokasi di Yekaterinburg, Rusia. Pada awalnya hanya bernama BRIC, namun setelah pertemuan KTT yang kedua tepatnya pada Desember 2010 South Africa (Afrika Selatan) bergabung dengan BRIC, lalu kemudian terjadi perubahan nama asosiasi BRIC menjadi BRICS dengan menambahkan huruf 'S' yang mewakili nama dari South Africa.
Isu tentang adanya mata uang baru yang diluncurkan oleh BRICS sudah berlangsung lama. Sejak awal terbentuknya BRICS sudah ada wacana untuk meninggalkan Dollar Amerika dan Euro dengan menggunakan mata uang BRICS. Hal ini juga di dukung oleh keadaan Amerika yang saat ini mulai ditinggalkan dan kemudian muncul istilah Dedolarisasi atau upaya penggantian dolar yang biasanya digunakan sebagai mata uang transaksi bilateral. Hal ini juga didukung untuk mengantisipasi situasi di mana Rusia sebagai anggota BRICS terdesak oleh negara-negara Barat setelah melakukan invasinya ke Ukraina.
Melansir dari laman katadata.co.id berdasarkan informasi yang di dapat dari media Rusia. Seorang anggota parlemen Rusia yang bernama Alexander Babakov, ia mengatakan bahawa BRICS tengah menciptakan media baru untuk pembayaran. Itu menjadi strategi untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dollar AS atau euro. Begitu juga berita yang di dapat dari Indiatimes juga menulis bahwa mata uang baru kemungkinan akan diamankan dengan komoditas lain, seperti emas dan logam tanah jarang (LTJ). Perkembangan upaya untuk menciptakan mata uang baru ini kabarnya juga akan dipresentasikan pada KTT BRICS di Afrika Selatan pada Agustus 2023 mendatang.
Melansir dari laman news.bitcoin.com Menteri Hubungan Internasional Afrika Selatan yang bernama Naledi Pandor, ia mengatakan telah mendesak negara-negara Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS) untuk berhati-hati dalam membuat keputusan yang tergesa-gesa ketika mereka akan bertemu pada Agustus nanti untuk membahas peluncuran mata uang bersama. Ia juga mengatakan negaranya tidak akan menghindar dari diskusi yang berhubungan dengan kepentingan nasional negaranya.
"Saya tidak suka mendahului diskusi dari para pemimpin BRICS. Ini adalah masalah yang harus kita diskusikan dengan benar. Saya tidak berpikir kita harus selalu menganggap suatu ide itu akan berhasil. Karena ekonomi sangat sulit dan anda harus menghormati semua negara, terutama dalam situasi yang saat ini mengarah kepada pertumbuhan yang rendah ketika anda keluar dari suatu krisis." Kata Naledi Pandor.
Melansir dari laman cnbcindonesia.com kepala Ekonom BCA yaitu David Sumual, ia menjelaskan bahwa secara teknologi sangat mudah untuk melakukan pengurangan dollar Amerika. Apalagi dengan adanya transaksi digital seperti sekarang, misalnya dengan menggunakan QR code dan LCT (Local Currency Transaction). Hal tersebut ia sampaikan dengan berdasar kepada pengalaman serupa yang pernah terjadi di Eropa. Dimana tergabung dalam aliansi PIIGS (Portugal, Italia, Irlandia, Greece/Yunani, dan Spanyol) pada 2015 lalu. Pada saat itu, negara-negara di Eropa memutuskan untuk menggunakan mata uang euro, namun kelima negara itu (PIIGS) kebijakan fiskalnya tidak bisa sekuat negara anggota Eropa lainnya. Hal ini tentu menimbulkan masalah hingga menyebabkan krisis.
Isu tentang pembuatan mata uang baru ini tentu saja tidak bisa dilakukan secara cepat. Karena tidak mudah untuk menciptakan mata uang baru yang kemudian mengganti mata uang yang dominan seperti dollar Amerika. Masih banyak negara-negara yang tidak bisa terlepas dari penggunaan dollar Amerika sendiri dalam kegiatan perekonomiannya. Ditambah jika negara tersebut memiliki utang kepada negara lain yang harus dibayar dengan dollar Amerika dan juga cadangan devisa yang dimiliki banyak dalam bentuk dollar Amerika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H