Lihat ke Halaman Asli

Suami Sepertimu, Pantaskah Kami Berbangga?

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pria oh pria, sosok kuat nan gagah, imam sejati, panutan istri dan anak, penopang ekonomi keluarga karena memang sudah kewajibanmu wahai pria yang menyandang gelar menikah untuk menafkahi anak istri. Tanggung jawabmu sungguh luar biasa besar wahai pria, aku sebagai wanita salut dan bangga terhadap pria seperti itu.

Pria cerdas dan penuh inisiatif sungguh tak terelakkan, kharismamu akan muncul dengan sendirinya, kau tancapkan semua ilmu yang kau punya dalam kehidupanmu, pengetahuanmu bagai lentera di hidupmu yang selalu menjagamu tetap bersinar, ketangguhanmu melawan arus kehidupan telah melahirkan tangan baja yang hangat. Itu fikirku.

Kau bercerita betapa kau menyayangi anak-anakmu, betapa kau bekerja keras demi selalu ingin mencukupi segala kebutuhan anak-anakmu, betapa kau sangat memaksakan melungakan waktu untuk sekedar berjalan-jalan ke taman bermain bersama anak-anakmu, air mukamu bersinar-sinar ketika kau bercerita pengalaman paling menarik ketika mengajak anak-anakmu bermain ke Taman Mini, kau tertawa terpingkal-pingkal ketika flash back konyolnya si sulung yang takut di cium lumba-lumba saat kau ajak ke Gelanggang Samudera, subhanalloh kau sangat mencintai keluargamu. Itu fikirku.

Tapi tolong jelaskan wahai pria, dalam sepersekian detik semua kekagumanku runtuh tak bersisa dan perasaan benci mendominasi isi kepala dan hatiku, pandanganku terhadapmu berbalik 180 derajat, sadarkah kau pria apa yang telah kau perbuat? apa yang telah kau katakan? rupanya aku terlalu cepat mengambil kesimpulan yang salah tentang dirimu, semua fikirku tentang dirimu jelas salah tak terbantahkan.

Apa alasanmu untuk tidak menghormati istrimu? apa alasanmu untuk tidak pernah bangga terhadapnya? apa alasanmu membuka aib dia? bukannya dia yang menyempurnakan hidupmu? bukannya istrimu yang menghadiahimu kado paling ajaib yang kau miliki saat ini? bukannya istrimu juga yang mati-matian melahirkan anak-anak yang amat kau sayangi? apa alasanmu mengatakan dia tidaklah penting dalam hidupmu? demi Tuhan dan demi anak-anakmu kawan, jangan pernah kau berbuat curang terhadap istrimu, dia yang menghadirkan kebahagiaan sempurna di hidupmu, dia orang pertama yang harus dihormati anak-anakmu, sadar kawan, tak bisa aku membayangkan sakitnya perasaan istrimu andai dia tahu betapa kau tak pernah membanggakannya.

Maaf  kawan, aku kecewa terhadapmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline