Lihat ke Halaman Asli

Widi Admojo

Widiadmojo adalah seorang guru, tinggal di Kebumen

Pencegahan HIV AIDS di Sekolah

Diperbarui: 15 April 2021   17:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyuluhan atau sosialisasi pencegahan HIV / AIDS pada anak di sekolah (Dokpri)

HIV / AIDS, bukan rahasia lagi kalau masalah ini sudah menjadi permasalahan dunia dan menurut data UNAIDS 2018 seperti dikutip di halaman website kementerian kesehatan sudah sekitar 35 juta meninggal dunia akibat virus HIV/ AIDS. 

Epidemi mengerikan ini berkembang sangat cepat dan menjadi keprihatinan dunia.  Berbagai program diluncurkan untuk menjawab dan mencari solusi mengatasi permasalahan ancaman perkembangan epidemi ini.

Salah satu sasaran untuk meminimalisir ancaman HIV / AIDS adalah sosialisasi secara kontinyu khususnya kepada generasi remaja di sekolah.  Mengapa remaja di sekolah harus "melek terhadap bahaya HIV/AIDS" karena setidaknya informasi tentang penyebaran HIV / AIDS dikalangan remaja di sekolah dapat menambah kontribusi positip penyelesaian problem epidemi penyakit mematikan ini. 

Ada beberapa poin yang dapat diambil dari penyuluhan atau sosialisasi HIV / AIDS terhadap remaja di sekolah.  Pertama, pemahaman konsep tentang HIV / AIDS dapat dipahami secara proporsional.  

Mulai dari definisi, penyebab munculnya penyakit,  gejala-gejala, cara mendeteksi,  pola penularan,  pola berkembangnya penyakit,  sikap antisipasi,  pencegahan,  serta bagaimana mengkondisikan diri agar berperilaku konstruktif terhadap realita epidemi tersebut. 

Kedua,  pemahaman yang kurang terhadap beberapa hal yang berhubungan dengan penyakit ini,  membawa kondisi kurang konstruktif sebagai misal sikap diskriminatif berlebihan karena tidak ingin tertular, serta berkembangnya budaya perilaku sesaat,  yang mengedepankan kesenangan berlebih yang sesungguhnya menjadi awal berkenbangnya HIV/ AIDS.

Kedua,  visi misi perlindungan anak untuk mendapatkan pelayanan maksimal terhadap kemungkinan, terjadinya permasalahan dan dampak negatif yang akan terjadi menjadi bentuk tanggung jawab pelayanan prima atas kepentingan masa depan generasi.  Sehingga sangat relefan bila mana remaja di sekolah menjadi subyek sasaran yang urgen untuk  dijamin keterlaksanaannya. 

Alasan ketiga,  banyak kasus HIV / AIDS yang menimpa anak tidak lain adalah karena korban.  Bukan dikarenakan akibat dari subyek anak tersebut.  Banyak anak yang tertimpa derita karena nasib. Karena ketidaktahuan dan ketidak pedulian.  Sehingga penyiapan generasi paham HIV / AIDS menjadi pekerjaan rumah semua elemen,  termasuk sekolah. 

Skenario pencegahan di sekolah dapat diintegrasikan ke dalam berbagai model mulai dari penyusunan branding sekolah,  visi misi sekolah sampai pada integrasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah.  

Teknis implementasi dapat pula bersinergi dengan program bimbingan konseling di sekolah,  bagian gugus kepramukaan,  unit kerohaniawan,  palang merah remaja,  kelompok ilmiah remaja sampai pada bentuk kerjasama dengan instansi terkait yang dapat dijadikan mitra untuk meningkatkan proteksi remaja di sekolah dalam penanggulangan penyakit HIV / AIDS. 

Dalam konteks pemenuhan perlindungan anak dari ancaman epidemi,  sekolah yang tidak responsif dan melakukan pembiaran terhadap masalah teraebut, maka dapatlah dikategorikan sebagai lembaga pendidikan yang bersimpangan jalan terhadap kepentingan anak di sekolah.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline