Suatu ketika sekitar tahun 1986 saya kebetulan menghadiri sebuah acara semacam seminar di Akademi Kepolisian Semarang.
Salah satu wartawan dari media cetak yang hadir mengemukakan dalam forum tersebut betapa pandangan masyarakat tentang polisi memang kadang kurang menyenangkan. Wartawan itu mengisahkan dengan kisah anak SD mengirim surat kepada Presiden agar orang tuanya yang miskin dibantu keuangannya.
Surat itu oleh petugas pos lalu diserahkan ke pihak yang berwajib karena petugas pos bingung surat itu mau diberikan siapa. Setelah polisi membaca surat tersebut terdorong rasa iba segera polisi itu menghimpun dana dari rekan polisi lainnya untuk disumbangkan ke anak tersebut.
Sampai ditempat, polisipun berkata pada sang anak " suratmu sudah dikabulkan presiden, bersyukurlah kepada Tuhan karena doamu dikabulkan". Kemudian anak itu pun sujud syukur sembari berdoa "Ya Alloh terima kasih atas terkabulnya doa saya. Hanya lain kali jangan dititipkan polisi. Sebab saya minta satu juta ternyata cuma saya terima lima ratus."
Begitulah frame tentang polisi disebagian masyarakat kita. Begitu cerita seorang wartawan kala itu.
Firli Bahuri, faktanya adalah ketua KPK terpilih. Dipastikan beliau tidak mengenal saya. Kendati sesungguhnya saya merasa "dekat" karena beberapa alasan.
Pertama, kebetulan sekali Pak Firli adalah suami dari teman satu angkatan saya sewaktu kuliah di IKIP Semarang angkatan 1985. Kedua, saya semakin memperhatikan Pak Firli karena beliau pernah bertugas di Kebumen sebagai Kapolres. Di mana saya juga tinggal di Kebumen. Ketiga, kemanapun Pak Firli bertugas saya menjadi selalu tahu karena Ardina Safitri, istri beliau kadang memberikan informasi kepada teman- sekampus dahulu dimana beliau bertugas. Hal yang tentu wajar sesama alumni kampus berbagi info melalui sosial media.
Pertama kali bertatap muka dengan Pak Firli, adalah sewaktu sama - sama hadir dalam sebuah acara ceramah di IKIP Semarang dimana waktu itu hadir menteri Rudini. Pak Firli mewakili Taruna Akademi Kepolisian, saya sendiri bagian dari mahasiswa IKIP Semarang yang sama - sama sebagai peserta dalam forum tersebut.
Kemudian barulah saya mengenal lebih jauh saat Pak Firli bertugas di Kebumen . Disitu saya bisa lebih utuh melihat bagaimana Pak Firli berkiprah. Tentu saja bukanlah karena kapasitas saya sebagai pengamat kepolisian, tetapi lebih karena beliau adalah suami dari teman sekampus.
Dikenal ramah, dekat dengan ulama, dan dicintai masyarakat... Itulah sisi yang saya lihat. Setidaknya yang saya ketahui saat berada di Kebumen. Bahwa sekarang beliau menjadi pimpinan KPK, sebagai seorang fans tentu berharap hadirnya di KPK bermanfaat dan berkemampuan menjawab permasalahan korupsi di negeri ini. Namun bagaimanapun ia adalah seorang polisi. Frame pemahaman masyarakat sudah lekat. Resistensi yang kuat adalah bagian dari harapan yang besar terhadap pemberantasan korupsi. Selamat berjuang Pak Firly. Bravo KPK.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H