Lihat ke Halaman Asli

Widia Devi Kumala Sari

Wanita Pembelajar

Minyak untuk Massage

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari sebelumnya memang aku banyak tugas rumah, tapi hari ini? Alhamdulillah santai. Cuaca diluar sedang hujan. Hujan mengguyur dengan indahnya dari pagi hingga sore. Hari itu aku belajar membersihkan rumah kucing. Kucing keluarga ini bukan kucing biasa. Aku belum pernah menjumpai kucing sebesar ini ketika di Indonesia. Iya kucing ini sangat gemuk, berbulu hitam kecoklatan, dan mata yang bersinar. Manis sekali.

Kami hanya berdua di rumah. Hanya ibu si kecil dan juga aku. Hari ini ibu si kecil sedang tidak bekerja. Jadi ya kami berdua menghabiskan waktu dengan mengbrol bersama sambil menyiapkan makan siang.

Sebelumnya ibu si kecil memberikan aku kejutan. Mengapa? Iya karena dia pamitan pergi ke apotek kota sebelah yang jaraknya 15 menit dari rumah. Dia membelikan aku minyak pijat. Malam sebelumnya ia menawari aku, kalau misalkan aku pilek atau batuk, aku harus segera mengatakan ke beliau. Aku pun bilang kalau aku tidak sedang terkena batuk dan pilek. Tapi aku membutuhkan krim atau minyak untuk pegel linu. Hahaha ini nih efek kalau aku sering pergi ke tukang pijit ketika berada di Indonesia. Jadi di Jerman ini semacam kecanduan pijat deh. Aktivitas banyak dikit udah merasakan letih. Dan syukurlah ibu si kecil paham dengan perkataanku kalau aku merasakan capek. Alhasil dibelikan minyak massage bermerk depannya A lalu ada embel-embelnya massageöl seharga 10 euro. Minyak ini rasanya hangat di badan dan baunya beraroma rempah. Wkwkkwk andaikan beli sendiri gak bakalan aku belain. Kalau masuk kurs Indo sudah 160.000 sendiri tuh. :D

Hanya leyeh-leyeh dirumah, aku pun merasa tidak nyaman. Sore itu aku ingin ke dapur untuk membuat kopi dari mesin pembuat kopi. Ternyata aku ditawarin ibu si kecil untuk makan puding bersama. Aha gerne jawabku alias dengan senang hati. Pudingnya rasanya top markotop, teksturnya lembut, manis asinnya dapet dan coklatnya sangat berasa. Uwenaaaaaakkkk pooolllll. Makan puding ditemani secangkir kopi sambil melihat film kartun di ruang tamu, sesuatu banget. Bersyukur bisa berada di tengah-tengah keluarga ini.

Itulah beberapa cuplikan keseharianku di tengah-tengah keluarga berdarah Jerman. Kadang aku tidak menyangka betapa beruntungnya aku bisa tiba di tengah-tengah mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline