Lihat ke Halaman Asli

Widia Wahyuni

Guru/Penulis

Ku yang Membawa Masalah

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak kecil aku dan kedua saudaraku adalah saudara yang akrab yang saling membantu satu dengan yang lainnya, kami selalu berbagi kebahagiaan bersama maklum kami di lahirkan hanya beda 3 tahun sudah gitu di lahirkan di bulan yang sama yaitu Juli, hanya beda tanggal saja, ayah dan ibuku adalah orang-orang pekerja keras, ulet dan penyayang.

Panggil saja aku Weni, Tiba saat aku dan saudara-saudaraku menginjak remaja, entah waktu itu aku terbawa pergaulan atau hanya ikut-ikutan, setiap pulang sekolah aku selalu mampir ke tempat sahabatku sebut saja yuli, kami selalu saling curhat apabila ada cowok cakep, apalagi kalau ada yang naksir, maklum remaja…sejak saat itu aku jarang sekali curhat kepada kakak atau adikku, kami sibuk dengan urusan kami masing-masing, bahkan bisa di bilang kami tak saling kenal lagi entahlah, sampai suatu hari aku tiba-tiba mendengar teriakan ibu sambil menangis “ kenapa ayah melakukan ini pada ibu, apa salah ibu yah”. Aku tidak berani keluar kamar karena ayah sepertinya pake banting-banting barang gitu. Keesokan harinya aku pun mencoba bertanya pada kakak dan adikku, tapi saying mereka gak tahu tragedi keributan malam itu pasalnya mereka pada pulang malam entah jam berapa, akupun tak berani bertanya pada ibu tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Suatu hari, ketika aku pulang sekolah aku melihat ibu menangis lagi tapi kali ini di sampingnya ada seorang wanita dan seorang anak laki-laki yang masih berumur kurang lebih 3 tahunan, aku pun duduk di samping ibu dan bertanya, “ada apa bu ?” ibu menjawab “ Wen, kenalkan wanita ini adalah istri ayahmu juga”. Bagai petir di siang bolong aku kaget terkaget kaget entah berapa kali kaget, rasa tak percaya,bahkan akau tak ingin mengulurkan tanganku kepada wanita itu, aku pergi ke kamar dan berpikir “apa mungkin, ayah yang selama ini baik, penyayang, sopan, terus menikah lagi ?”. Ke esokan harinya aku pun Tanya pada ayah apakah benar wanita dan anak lelaki yang ku temui kemaren istri ayah, ayah berkata” ya” tanpa memberi alasan apapun, dan sejak kejadian ibu hari-hariku bagai di neraka, setiap hari aku harus mendengar ayah dan ibu bertengkar, banting-banting barang, memaki, dan kalimat tidak sopan lainnya keluar dari mulut mereka masing-masing, dan sejak saat itu pula ibuku tak pernah mencariku kalau aku tak pulang 2 atau 3 hari, aku sibuk dengan duniaku dan teman-temanku, tanpa sadar akupun terjerumus dalam pergaulan bebas penuh narkoba, hari-hari yang ku lewati hanya narkoba dan narkoba, kalau pun aku pulang ibu tak pernah menanyakanku, dan jika aku pulang aku hanya meminta uang pada ibu atau ayahku yang … entahlah mau di sebut ayah apa…

Prinsipku waktu itu walau narkoba sekolah tetap jalan dan jangan sampai ketahuan, suatu hari jam pelajaran bahasa Indonesia, aku duduk di belakang bersama teman akrabku yuli, tiba-tiba dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya, akupun kaget dan berkata “gila lo kenapa kamu bawa ke sekolah, kalau ketahuan habis kita yul”. Yuli hanya tertawa kecil, dan aku yakin dia lagi minum tu obat, makanya wajahnya cuek amat, tibalah jam istirahat sebelum aku sempat pergi ke kantin teman-temanku yang senasib tiba-tiba membawakanku makanan dan minuman, kata mereka “udah gak usah ke kantin di kelas aja” akupun minum dan makan di kelas, ketika bell berbunyi tiba-tiba kepalaku kok pusing dan mata rasa berkunang-kunang, aku pun Tanya pada yuli “ yul, kok kepalaku gak enak gini ya” yuli pun lagi-lagi hanya tertawa kecil dan bekata “ minuman yang kau minum tadi udah kita kasih obat say”. Aku kaget dan memakinya, karena jujur saja kalau di kelas aku gak pernah ngobat, biar bisa focus belajar, kalau di luar baru aku mau, akupun izin pergi ke UKS sekolah, dan teman-temanku yang aneh-aneh itu dating dan mentertawakanku.

Waktu terus berlalu, akhirnya aku lulus juga dari sekolah ini, dan aku bersyukur banget sampai saat ini sekolah atau orang tuaku gak pernah tau kalau aku narkoba, akupun lulus dengan predikat yang cukup memuaskan begitu juga teman-teman akrabku itu, kita pun tertawa terbahak-bahak seakan-akan ingin member tahu dunia “ni lo kita biar narkoba tapi tetap sukses” . prinsip atau slogan yang menyesatkan memang. Sejak aku di nyatakan lulus akupun berusaha merubah diri, menjauhi teman-teman akrabku itu dan mencoba ingin jauh dari narkoba memang tidak mudah, godaan terus berdatangan, aku pun memutuskan untuk melanjutkan ke bangku kuliah, keinginanku itu ku utarakan kepada ibuku dan beliau bilang” gak usah wen, ibu gak punya uang untuk membiayaimu kuliah, ayahmu sekarang sudah bangkrut gak kaya dulu, tar kalau putus di tengah jalan kamu bisa gila wen”. Hmmm aku berpikir keras untuk bisa melanjutkan ke bangku kuliah, tapi karena modal nekad, akupun daftar kuliah dan di terima, habis itu aku pusing-pusingan buat cari duit tuk membayar SPPnya, sembari pusing cari duitnya seperti biasa teman-teman narkobaku berusaha membujuk rayuku untuk balik dan gabung ke dunia mereka, tapi aku bersikeras tidak akan kembali, niatku sekarang mau cari duit buat melanjutkan sekolah, akupun pinjam sana sini untuk itu, walau tersendat-sendat tapi kuliahku bisa berjalan, aku kuliah sambil kerja dan mengandalkan beasiswa yang di tawarkan oleh kampus, ibuku pun sekarang jadi ikutan bekerja karena ayah sudah gak ingin kerja lagi katanya “ gantian sekarang, aku sudah cape”. Aneh memang tapi ibu gak pernah mengeluh bahkan sampai sekarang ibu ikhlas walau ayah punya istri lagi. Sungguh ibuku yang baik hati kan ^_^. Waktu terus berlalu akupun tidak searogan dulu yang menolak istri dan anak ayah yang lain, sedikit demi sedikit ku buka hatiku untuk mereka berikut juga kedua saudaraku. Memang sejak kuliah aku bergaul dengan mereka-mereka yang berjilbab, dan karena mereka aku jadi pribadi yang sopan, ramah dan berusaha betutur kata yang baik apalagi pada kedua orang tuaku.

Akhirnya aku dapat menyelesaikan kuliahku juga, kedua orang tuaku pun bangga padaku, mereka memelukku dan memberi ucapan selamat kepadaku, memang hidup tak berhenti ketika aku menyelesaikan kuliahku, akupun melanjutkan pekerjaan yang sudah ku lakoni sejak kuliah yaitu mengajar. Terkadang jika aku ingat masa-masa aku yang dulu rasa tidak mungkin aku menatap hari-hariku seperti ini, Alloh maha besar, tidak ada yang tidak mungkin, asal kita bersungguh-sungguh mau berubah.Live is never Flat, begitu kira-kira kata mba Agnes Monica. ^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline