Lihat ke Halaman Asli

Widia

Mahasiswa

Metode Penulisan al-Thabari dengan Karyanya yang Monumental: Tarikh al-Rasul wa al-Muluk

Diperbarui: 16 Juni 2023   05:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada masa awal islam perkembangan ilmu hadis merupakan ilmu yang paling tinggi dan dibutuhkan oleh para umat islam. Sebab penulisan historiografi awal islam masih dipengaruhi oleh ilmu hadis yang menjadi cikal bakal penulisan sejarah islam.

Seperti yang kita ketahui bahwa penulisan sejarah pertama-tama didasarkan pada perhatian Riwayat dan sanad-sanad. Seperti halnya ath athabari dan Urwah bin Zubair dalam metodenya menggunakan metode riwayat yang mempelajari tentang sanad dan matan peristiwa yang berpegang pada nash yang benar dan berita yang terfilter.

At-thabari dalam sejarahnya tidak bisa melepaskan diri dari metode ahli hadis dan menolak pendapat bahwa seorang sejarahwan bisa menggunakan logika, analogi, dan dedukasi. Beliau sangat konsisten terhadap apa yang didengar dalam penelitian sejarah tanpa menggunakan logika dan dedukasi.

Mengenal sosok biografi Al-Thabari  beliau memiliki nama lengkap Abu Ja'far Muhammad bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al-Amali ath-Thabari, dengan sebutan Abu Ja'far. Beliau merupakan seorang sejarawan islam yang lahir di Amuli Thabaristan, pantai selatan laut Thabaristan pada tahun 225 H. dan meninggal di bagdad pada tahun 310 H. 

Abu Ja'far menuntut ilmu pengetahuan dari sejak masih muda dengan kecerdasan yang sangat menonjol. Beliau belajar ilmu agama dengan berguru kepada para tokoh aliran Ahlusunnah yang pikirannya didominasi oleh ahlusunnah yang konservaatif. Meskipun demikian beliau tetap bisa menguasai ilmu logika dan matematika.

Abu Ja'far ini mulai menempuh Pendidikan di kota kelahirannya yaitu kota Amul pada usia yang sangat dini, kemudian beliau melanjutkan pendidikannya ke kota ray yang dekat dengan kota thabaristan, dan berguru kepada Ibnu Humaid Ar-Razi. Kemudian beliau memutuskan untuk menempuh Pendidikan di bagdad. Di kota ini lah al-Thabari  mulai menulis sebuah karya-karyanya yang luar biasa, salah satunya  yaitu Tarik Ath-Thabari

Dengan kecerdasaanya al-Thabari, banyak karya-karya nya yang menjadi bahan rujukan para sejarawan lainnya yang mana kata-katanya sering dijadikan sandaran hukum, karena pada zamannya beliau merupakan satu-satunya orang yang menguasai berbagai disiplin ilmu. Sebagai sejarawan besar beliau memiliki julukan sebagai ulama ensiklopedis, ahli hadis, ahli tafsir, ahli qira'at dan ahli fikih.

Bahkan beliau dikenal sebagai tokoh yang menulis historiografi islam dengan metode riwayat. Yang dimana historiografi riwayat ini merupakan ilmu yang mengetahui bagaimana cara penukilan, pemeliharaan, dan penjelasan yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik dari segi perbuatan, perkataan dan ikrar.

Dalam sebuah penulisannya al-Thabari memiliki rentetan waktu pembahasan yang panjang, informasi luas dan sumber yang luas. Yaitu karyanya tentang kitab sejarah Tarik al-Rasul wa al-Muluk yang dikenal dengan nama Tarik al-Thabari dengan pembahasan yang Panjang, sistematis, kronologis, dan terperinci. Untuk penulisan beliau menggunakan metode yang disebut At-Tautsiq Wa Istbatul Haqaiq yang dimana metode riwayat ini mempelajari tentang sanad dan matan peristiwa yang berpegang pada nash yang benar dan berita yang terfilter dengan menyambungkan ilmu sejarah dengan cabang ilmu hadis (ilmu jarh wa tad'dil) yang membahas biografi, sifat, akhlak dan akidah seorang rawi

Konsep penulisan historiografi yang diprektekan oleh At-Thabari pertama-tama pengecekan terhadap riwayat, kedua penelitian terhadap teks-teks, ketiga pengkajian terhadap sanad dan terakhir peninjauan terhadap kandungan yang dituturkan dan metodis terhadap isi.

Jadi dalam karyanya Tarik Al-Rasul wa Al-Muluk ini beliau berpendapat bahwa tulisan sejarahnya bersumber dari hadis-hadis dan atsar yang disandarkan kepada penuturannya tanpa adanya argumentasi argumentasi logika dan dedukasi kecuali sedikit sekali. Maka dari itu informasi-informasi sejarah yang disampaikannya sesuai dengan penuturannya tanpa dilebih-lebihkan dan disampaikan secara netral dan objektif.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline