Lihat ke Halaman Asli

Andai Uang Punya Nyawa... Andai Ia Bisa Bicara...

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_136980" align="aligncenter" width="236" caption="Sumber Gambar : Indonetwork.web.id"][/caption] "Bagus banget! Berapa duit ni bang?" ... "Pak, aku pengen nglanjutin sekolah.." "Maaf ya nak, bapak tak punya uang..." ... "Sekarang kamu ama dia?" "Iya mak. Setelah kuliahnya selesai, rencana dia mau nglamar saya" "Punya duit berapa dia berani nglamar kamu!" ... "Kau tak kuliah. Juga tak kerja. Lalu mau jadi apa?" "Saya lagi ngumpulin materi, referensi, relasi, buat buka usaha pak." "Buka usaha? Modal darimana?" ... "Pak.. Kasihan pak.. Dua hari belum makan.. Minta uang pak.." "Minta? Cari! Lo pikir duit boleh nemu! Kerja! Badan sehat gitu juga." ... "Jadi.. Kau ingin urusanmu lancar kan?" "Tentu saja bang.." "Kalau gitu, ada syaratnya." "Syarat bang?" "Kau tahulah... Pelumas.." ...

Mau tau gak mafia di senayan. Kerjaannya tukang buat peraturan. Bikin UUD. Ujung-ujungnya Duit. [Slank - Gossip Jalanan] ...

***

Perkenalkan. Namaku uang. Juga dikenal dengan duit, money, fulus. Termasuk berbagai macam konotasi yang kesemuanya, pada intinya 'memanggilku'. Bentukku sedang. Tak terlalu besar. Juga tak terlalu panjang. Karena aku memang diciptakan secara anatomis, cukup agar masuk dan muat di saku, dompet, dan tempat-tempat aman namun strategis. Kertas warna-warni, logam sebesar biji, adalah dua dariku dalam perwujudan rupa. Tak mudah ditiru, itulah salah satu ciri utamaku. Meskipun, pada kenyataannya, masih ada saja yang mencobanya. Memalsukanku, mencetak dan mengedarkanku hanyalah satu dari ratusan kemungkinan dari tindakan penyalahgunaanku. Aku yang palsu, aku yang telah ditiru, mungkin serupa wujudnya denganku. Tapi bisa dengan mudah dipergoki dengan alat bantu. Dan mereka -aku yang palsu- hanya bisa menipu orang yang tak teliti akan anatomiku.

***

Kau mungkin sering melihatku (aku yang asli). Ada yg sangat sering, ada juga yang jarang. Tapi dari semuanya, aku yakin tak satupun dari kalian yang tak menginginkaku. Tapi, sedikit sekali dari kalian yang membutuhkanku.

***

Menginginkan dan membutuhkan, adalah dua hal yang sangat jauh berbeda. Dua hal yang membedakan manusia beradab dan biadab. Susila dan asusila. Kikir dan dermawan. 'fakir' dan 'hartawan'. Pandir dan budayawan. 'kafir' dan 'agamawan'.

***

Ingin, seperti angin, tak pernah pasti, bertiup kesana kemari. Berhembus, ganas, karena ada panas. Ingin, seperti asin. Tak pernah cukup meskipun meminumnya sampai kembung, sampai kering. Ingin, ibarat zina. Takkan pernah puas ratusan tuna susila dihadapannya. Ingin, selalu berotasi. Tak pernah pasti karena tak punya titik destinasi. Ingin pulalah yang mendorong gayus, markus, serta para tikus. Ingin pulalah yang mendorong manusia berhura-hura, berfoya-foya, belanja sampai lupa, tersesat dalam hakikat bahagia yang fana.

***

Jika melihat mereka.. Rasanya... Aku ingin lenyap saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline