Lihat ke Halaman Asli

Sukses Itu...

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_95557" align="aligncenter" width="300" caption="IMG : google"][/caption] Sukses. Berbicara masalah sukses, berarti ada tiga unsur yang terlibat di dalamnya. Yaitu: subjek, proses, serta target. Dalam skala kecil, proses kesuksesan dapat diibaratkan seperti sebuah perjalanan. Sama-sama terdapat tiga unsur di dalamnya. Yaitu subjek, route, serta tujuan. Kita misalkan aku sebagai subjek, serta Semarang sebagai tujuan. Maka aku dikatakan sukses,jika aku sampai ke semarang. Persoalan selama di route tersebut aku sempat tersesat, kepanasan, kehujanan, atau bahkan mengalami kecelakaan, tapi selama aku sampai ke Semarang, maka aku telah sukses. Semua kejadian selama aku melewati route tersebut merupakan sebuah proses yang mau tak mau harus kulewati. Masalahnya, berbeda subjeknya, berbeda pula tujuan, maupun route yang diambilnya. Begitupun dalam kehidupan nyata. Berbeda subjeknya, beda pula target serta proses yang dialami untuk mencapai target tersebut. Ada yang prosesnya [kelihatan] mudah, namun sebagian besar, seperti halnya anak sekolah ketika hendak naik tingkat, pasti melalui ujian. Ada yang lulus ujian karena memang telah mempersiapkan segalanya secara matang. Ada yg tidak berani ikut ujian dan stuck selama-lamanya di tingkat itu. Ada yg tidak lulus ujian, tapi dapat mengambil pelajaran, dan tidak takut mengulang dari awal dengan penuh kesungguhan, sampai kemudian akhirnya ia lulus ujian. Ada yang karena tidak ingin melewati ujian kemudian mengambil jalan pintas, yang tentu saja, sebenarnya, secara prosedural jalan pintas tersebut tidak pernah ada. Jalan pintas tersebut adalah sebuah kecurangan yang dibuat oleh para oknum guna mencapai tujuan secara instant. Lalu, termasuk yang manakah kamu? Tanyakan kepada dirimu sendiri : "Bagaimana aku menyikapi ujian yang bahkan mungkin bertubi-tubi ditimpakan padaku?" Beda proses, tentu beda pula targetnya. Terlebih, jika target tersebut hanyalah bersifat hedonis semata. Inilah manusia, karena fitrah hawa nafsu yang dimilikinya. Apalagi kalau setan telah turut campur di dalamnya. Yang terjadi adalah seperti mengukur jalan raya yang tak berujung, maupun seperti meminum air laut saat kehausan. Semakin diminum, malah justru semakin haus. Maka baginya tidak akan ada kata true success! Karena target/tujuannya tak akan pernah tercapai. *** "Jadi, apakah tujuanmu?" tanyaku kepada temanku. "Tujuanku? Aku ingin bisa mengaktualisasikan diriku dengan baik, baik sebagai hamba-Nya, maupun fitrahku sebagai manusia... Di dunia ini... dan menghasilkan yang terbaik untuk akhirat... hehe klise ya?" Jawabnya "Klise? Itu sangat seimbang!" Ya, sangat seimbang. akan tetapi setelah kurenungkan kembali, itu bukanlah sebuah target. Akan tetapi pola hidup. Pola hidup seorang muslim tentunya. Sebuah pola hidup yang sangat ideal. Ideal dan Seimbang. Mengutamakan hablumminallah.. Tapi tidak mengesampingkan hablumminannas. Berorientasi pada ukhrowi, tapi tidak melalaikan duniawi. *** Sedikit out of topic, akan tetapi aku merasa perlu memaparkannya karena [mungkin] bermanfaat. Kembali ke masalah sukses, kembali ke target.... Cobalah tanyakan kepada dirimu sendiri... "Apa targetku?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline