Lihat ke Halaman Asli

Impian Tunggal Melepas Predikat Daerah Tertinggal

Diperbarui: 8 Maret 2016   10:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Warga Desa Kertasari Kabupaten Sumbawa Barat (dokomen pribadi)"][/caption]Pengertian Daerah Tertinggal menurut Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa) adalah daerah Kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Penetapan kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan menggunakan pendekatan relatif berdasarkan pada perhitungan enam (6) kriteria dasar dan 27 indikator utama yaitu : (i) perekonomian masyarakat, dengan indikator utama persentase keluarga miskin dan konsumsi perkapita; (ii) sumber daya manusia, dengan indikator utama angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf; (iii) prasarana (infrastruktur) dengan indikator utama jumlah jalan dengan permukaan terluas aspal/beton, jalan diperkeras, jalan tanah, dan jalan lainnya, persentase pengguna listrik, telepon dan air bersih, jumlah desa dengan pasar tanpa bangunan permanen, jumlah prasarana kesehatan/1000 penduduk, jumlah dokter/1000 penduduk, jumlah SD-SMP/1000 penduduk; (iv) kemampuan keuangan daerah dengan indikator utama celah fiskal, (v) aksesibilitas dengan indikator utama rata-rata jarak dari desa ke kota kabupaten, jarak ke pelayanan pendidikan, jumlah desa dengan akses pelayanan kesehatan lebih besar dari 5 km dan (vi) karakteristik daerah dengan indikator utama persentase desa rawan gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan bencana lainnya, persentase desa di kawasan lindung, desa berlahan kritis, dan desa rawan konflik satu tahun terakhir.  

Agak terdengar sedikit menggelitik telinga, ketika Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) yang jumlah penduduknya hanya 132.219 jiwa dengan luas wilayah 184.902 Ha (Sumber) masih belum beranjak dari predikat “Daerah Tertinggal” sejak awal terbentuk di tahun 2003 (www.kemendesa.go.id). Sementara jauh sebelum itu, tepatnya tahun 1997 di daerah tersebut berdiri sebuah Perusahaan Tambang Raksasa Multinasional sekelas PT. Newmont Nusa Tenggara (PT NNT). Dalam pikiran masyarakat awam, dikemanakan hasil tambang yang telah dikeruk selama ini? Apakah uang yang melimpah ruah hasil dari Newmont masih belum cukup? Masih diragukankah data-data membaiknya indikator pendidikan, kesehatan, sosial budaya, lingkungan hasil evaluasi program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendongkrak status “tertinggal” di atas?

Dan yang lebih menyedihkan lagi, berdasarkan data BPS NTB yang digunakan Pemda KSB dan Sub Divre Bulog Sumbawa dalam menyalurkan Raskin tahun 2015 yang lalu menunjukkan bahwa warga yang berada di dekat lokasi pusat pengerukan sumber daya alam di Kecamatan Sekongkang, justru menerima jatah Raskin cukup besar (www.bisnisntb.com).  Jumlah orang miskin di Kecamatan Sekongkang sebagai rumah tangga sasaran (RTS) penerima manfaat Raskin sebanyak 766 RTS yang tersebar di 8 desa. Diantaranya, UPT Tongo sebanyak 125 kk, Desa Kemuning 29 kk, Desa Talonang Baru 162 kk, Desa Tatar 114 kk, Desa Ai Kangkung147 kk, Desa Tongo 63 kk, Desa Sekongkang Atas sebanyak 61 kk dan Desa Sekongkang Bawah 65 kk.

Namun demikian, KSB masih punya waktu untuk mendongkrak predikat tersebut, dengan syarat memperbaiki kriteria dasar dan indikator utama di atas. Apalagi dengan terpilihnya Bupati KSB, Dr. Ir. H. W Musyafirin, M.M. dan Fud Syaifudin, ST untuk periode 2016-2021 diharapkan mampu membawa Bumi Pariri Lema Bariri ini menjadi lebih baik. Targetnya tidak usah muluk-muluk, 5 (lima) tahun kepemimpinan Bapak Bupati, KSB harus keluar dari zona daerah tertinggal. Cukup itu saja! Apa bisa? Insyaallah bisa, kan ada Newmont yang siap membantu? Eh, bener gak sih?

Mengkongritkan Impian

Ada pepatah kuno yang mengatakan “The best way to make your dreams come true is to wake up”. Cara terbaik untuk mewujudkan impian anda adalah dengan menyadarinya. Sadar bahwa anda memiliki impian yang harus diwujudkan akan membawa anda pada keberanian untuk berbuat. Kita harus menyadari bahwa tidak bisa selamanya Pendapatan Asli Daerah (PAD) KSB bergantung pada sektor pertambangan, karena sifatnya yang tak bisa diperbarui. Ada sektor lain yang berpotensi untuk dikembangkan seperti pertanian dan pariwisata. Kita juga harus menyadari bahwa kehadiran Newmont yang hanya sebentar di Bumi KSB harus dimanfaatkan seoptimal mungkin agar menjadi peluang penyejahteraan masyarakat.

Menyambut ide Dr. Muhammad Sulhan, S.I.P., M .Si., Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fisipol UGM, yang juga alumni Newmontbootcamp 5 yang mengatakan bahwa harus ada mimpi bersama antara Pemerintah Daerah, Pihak Swasta (PT NNT) dan masyarakat agar program CSR yang menjadi lebih tajam memang menarik. Penulis pun mencoba menawarkan bentuk kongkrit dari impian bersama tersebut adalah upaya beranjak dari predikat daerah tertinggal, karena itulah salah satu tolok ukur kesejahteraan suatu daerah.

Mengapa tidak, jika dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk periode selama 5 (lima) tahun mendatang Pemerintah KSB menargetkan agar terlepas dari jerat daerah tertinggal. Seluruh tujuan , sasaran , strategi dan kebijakan pembangunan diarahkan untuk tercapainya target tersebut. Mencermati enam (6) kriteria dasar dan 27 indikator utama di atas, penulis sangat optimis KSB mampu melampauinya. Dalam tulisan kali ini penulis mencoba menguraikan beberapa indikator yang mampu menjadi peluang dalam meraih impian tersebut yakni melalui pendidikan dan kesehatan.

Ikhtiar Mencetak Generasi Emas

Keberadaan PT NNT di KSB merupakan investasi yang luar biasa. Beberapa program CSR di bidang pendidikan sangat berpengaruh signifikan terhadap kondisi masyarakat. Di bidang pendidikan, PT NNT telah, sedang dan akan melaksanakan berbagai program. Beberapa diantaranya adalah; membenahi infrastruktur pendidikan, menyalurkan beasiswa, bantuan pendidikan, pelatihan, program guru magang dan masih banyak lagi yang berorientasi pada upaya mendorong kualitas sumber daya manusia. Tidak ada yang menyangkal bahwa pendidikan adalah investasi tiada henti.

Ikhtiar mencetak generasi emas ini ditunjukkan oleh PT NNT dengan memperluas sasaran dan meningkatkan mutu beasiswa. Tercatat sejak tahun 1998 s.d. 2014 penerima beasiswa berjumlah 14.353 siswa/mahasiswa. Sebagian besar berasal dari Kabupaten Sumbawa Barat dan Kabupaten Sumbawa. Total dana beasiswa yang telah direalisasi Rp22,5 milyar lebih. Beasiswa ini diberikan kepada siswa/mahasiswa berprestasi asal NTB. Jenis beasiswa, sebagai berikut Bulaeng (beasiswa tertinggi bagi mahasiswa S1, S2 dan S3 dengan pembiayaan penuh) Emas (beasiswa bagi mahasiswa S1 dengan pembiayaan SPP dan biaya hidup), Platinum (beasiswa 1 tahun S2 dan S3), Perak (beasiswa 1 tahun untuk siswa SMP/SMA sederajat dan mahasiswa S1) dan Bantuan Peningkatan Prestasi bagi mahasiswa S1 asal KSB.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline