Tuhan, kami kehabisan kata-kata untuk berdoa.
Padahal kami sudah banyak membaca.
Komentar Jerinx sampai konten Kompasiana.
Padahal kami sudah banyak mendengar.
Homili Romo dan napas-napas pendek para pengantre ICU di trotoar Ibu Kota.
Padahal kami sudah banyak mengendus.
.. mengendus apa ya.
Kok tidak ada aroma yang tercium belakangan ini di sekitar saya.
//
Padahal sudah banyak kosakata yang terekam di kepala.
Mulai dari istilah di surat edaran pemerintah.
Sampai komposisi zat di bungkus belakang obat maag.
Oh! Juga dari drakor yang episode barunya datang tiap Kamis petang.
Ottoke, Tuhan?
Total 365 rayuan sudah kami habiskan.
Setahun penuh. Sudah mau diulang lagi setengah putaran.
Wagu, Tuhan.
Duka kami, jadi jenuh-Mu juga.
Ada satu romo pernah bilang.
"Doa itu tidak perlu panjang-panjang. Apalagi pakai manuver puitis berbunga-bunga. Lugas saja. Tuhan sudah paham sebelum kamu utarakan."
Karena itu kami hanya membuat tanda salib.
.
.
Lalu diam saja.
.
.
Lalu kedip-kedip mata.
.
.
Lalu buat tanda salib lagi.
.
.
Sudah, Tuhan.
.
.
Amin.