Lihat ke Halaman Asli

Widha Karina

TERVERIFIKASI

Content Worker

Puisi | Kubur Batu di Pelosok Kota

Diperbarui: 2 April 2018   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebakaran yang terjadi di permukina warga padat penduduk di Kebon Pala, Jatinegara, Jakarta Timur menghanguskan 482 rumah di RW 06 dan 07, Jumat (25/8/2017).(Kompas.com/David Oliver Purba)

Kukira itu air hujan yang terpercik dari hisop untuk membasuh sudut-sudut pesing kota. Kuharap ada kamper dalam bulirnya, untuk mewangikan dosa-dosa.

Dan api itu serupa pendar lampu jalan. Di bawahnya terbujur perempuan, menggelung meringkuk usai disesah. Pieta di trotoar. Perawan berjinjit pada tubir galian kabel serat optik. Tungkainya gemetar.

Apakah aku memicing untuk melihat 12 orang laki-laki berjalan satu-satu? Memastikan mereka bergiliran mencelupkan kaki ke baskom metal. Saat ditanya ada apa, jawabnya, "Aku bersih. Mohon permisi, saatnya lari pagi di Taman Getsemani."

Ayam berkokok pada kali ketiga. Mereka berhamburan, pergi berdua-dua sebelum tuntas les bahasanya.

Tak ada massa di Golgota. Semua dina papa sibuk bekerja. Pilatus jalan-jalan ke luar negeri, menunggu ultimatum dari Kemendagri.

/

Ia wafat, lalu bangkit lagi. Keluar goa. mendapati calo cat duco ketok megic.

"Apa maksudnya itu?" tanya-Nya polos menunjuk potongan bekas baliho. Tangannya bolong, lambungnya kosong.
Calo gusar. "Sekali kutulis, tetap kutulis!"

Duh, telinga Malkhus mendengar hal benar.

"Aku disalib di kota yang kelewat tegar."

Penyedia jasa cat duco las ketok di sepanjang jalan Kramat dan Salemba, Jakarta Pusat. Sumber gambar: wartakota.tribunnews.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline